PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) tengah mengincar pelanggan dari kalangan pelaku usaha pabrik pemurnian dan pengelohan (smelter). Dengan begitu, pelanggan listrik dari kalangan industri akan meningkat.
Executive Vice President Penjualan dan Pelayanan Pelanggan PT PLN Edison Sipahutar mengatakan, selama ini pelanggan PLN dari tingkat industri masih sangat rendah.
Sekitar 43% pelanggan PLN berasal dari rumah tangga, 32% dari industri, sedangkan sisaya 25% dari bisnis dan lainnya. "Kami berharap kalau smelter ini masuk ke PLN berarti untuk pelanggan industri semakin bertambah," ujarnya, saat ditemui di Jakarta, Kamis (4/7).
Edison menjelaskan bahwa potensi kebutuhan listrik industri di Sulawesi Tenggara saja bisa mencapai 4.000 Mega Volt Ampere (MVA). Sedangkan, yang sudah menggunakan listrik dari PLN saat ini sekitar 2.000 MVA.
(Baca: Investasi Kelistrikan Diprediksi Capai Rp 198 Triliun Tahun Ini)
Sementara itu, yang sudah memiliki nota kesepemahan (Memorandum of Understanding/ MoU) untuk memasok listrik sekitar 1.000 MVA. "Tapi kan MoU itu masih belum terlalu mengikat," ujarnya.
Hingga saat ini PLN baru memasok tiga smelter dengan total kapasitas 73,1 MVA. Adapun pihaknya menargetkan tahun ini ada sembilan pelanggan dari industri smelter dengan total kapasitas 2.078 MVA, yang bisa segera membeli listrik dari PLN. Sembilan calon pelanggan telah memiliki Mou. Sedangkan, yang sudah membayar biaya penyambungan hanya satu smelter dengan kapasitas 350 MVA.
Kemudian, yang sudah memiliki Penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) hanya satu smelter, dengan total kapasitas 323 MVA. Sedangkan, yang memiliki potensi menjadi pelanggan PLN sebanyak 21 smelter dengan total kapasitas 2.107 MVA.
Ia juga memastikan bahwa tarif listrik industri di dalam negeri sudah cukup kompetitif yaitu sebesar Rp 99,7 per kilowatt hour (kWh). Namun, pada April 2019 pertumbuhan penjualan listrik industri justru turun menjadi 3,0%, sedangkan pada awal tahun pertumbuhannya sebesar 3,79%.
(Baca: Tak Sesuai Kebutuhan, Megaproyek Listrik 35 Ribu MW Mundur Hingga 2028)