Jokowi, Pemenang Lima Pemilu dari Pilkada Solo hingga Nasional

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Jokowi saat berpidato dalam acara Konser Putih Bersatu Stadion Utama GBK, Senayan- Jakarta Pusat (13/4).
Penulis: Dwi Hadya Jayani
28/6/2019, 08.02 WIB

Jokowi dan orang tuanya berkali-kali pindah rumah dan selalu di pinggir sungai. Salah satunya pernah bermukim di rumah kumuh bantaran Kali Pepe, Kampung Cinderejo, Solo. Di sini tiga adik Jokowi yang bernama Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati lahir.

(Baca juga: Peluncuran "Menuju Cahaya": Sederhananya Jokowi dan Dukungan Tahir)

Pengalaman sebagai warga yang tergusur memengaruhi keputusan Jokowi terutama terkait dengan penggusuran. Salah satunya ia berhasil menata pedagang kaki lima (PKL) saat menjadi Wali Kota Solo tanpa gejolak sama sekali.

Jokowi berkomunikasi dengan baik sehingga ia berhasil mematahkan mitos pemindahan PKL yang harus berujung pada bentrokan antara aparat dan pedagang. Akhirnya 900 orang PKL mau meninggalkan Taman Banjarsari di pusat Kota Solo menuju lokasi baru di Pasar Klitikan.

Keberhasilan Jokowi dalam menangani penggusuran tanpa konflik tentunya tidak mudah dan membutuhkan proses yang panjang. Ia harus menjalin komunikasi dan negosiasi selama berbulan-bulan dengan perwakilan PKL tersebut hingga mereka mau dipindahkan ke lokasi yang baru. Selain itu, ia juga menjamin kepastian hukum untuk para pedagang.

Jokowi Memangkas Birokrasi Berdasarkan Pengalaman sebagai Pebisnis

Anak dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo itu sejak kecil juga tidak ingin menyusahkan orang tuanya. Ia membantu kedua orang tuanya dengan menjadi pengojek payung ketika hujan, kuli panggul, hingga berjualan aneka ragam barang. Bahkan saat umur 12 tahun, Jokowi ikut bekerja sebagai penggergaji kayu. Keahliannya ini didapatkan dari ayahnya yang berprofesi sebagai tukang kayu.

Setelah lulus SMA, Jokowi diterima di jurusan Kehutanan UGM. Di sinilah Jokowi giat belajar mengenai kayu, teknologi, serta pemanfaatannya yang merupakan modal sebagai seorang pengusaha mebel. Selain itu, keterampilannya ini didukung dari pengalaman Jokowi saat bekerja di perusahaan Pabrik Kertas Kraft Aceh milik pamannya.

Jokowi mengundurkan diri pada 1998 dari perusahaan pamannya dan mendirikan pabrik sendiri bernama Rakabu. Ia bangun dari nol hingga berkembang dan memiliki lebih dari lima lokasi pabrik. Tidak mengherankan jika industri mebel dan kayu mengalami perkembangan yang cukup pesat di bawah kepemimpinan Jokowi sebagai Wali Kota Solo. Salah satu keberhasilannya adalah menghadirkan kawasan industri mebel dan kayu di wilayah Kalijambe, Sragen. Di sana berdiri 50 kavling untuk tempat industri dengan luas lebih kurang 25 hektare.

(Baca: Paket Kebijakan Ekonomi Dirilis Buat Tambal Defisit Transaksi Berjalan)

Ketika menjadi pemimpin negara, Jokowi gencar memberikan program yang berisi paket kemudahan bisnis bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Hal ini dikarenakan saat menjadi pengusaha, Jokowi merasakan sulitnya proses perizinan sehingga ia ingin memangkas prosedur perizinan tersebut.

Upaya yang dilakukan antara lain menyederhanakan prosedur, menurunkan biaya, dan mempercepat waktu penyelesaian atas beberapa aspek. Aspek ini diantaranya untuk memulai bisnis, izin mendirikan bangunan, pendaftaran properti, mendapatkan sambungan listrik, dan lain sebagainya.

Jokowi juga dikenal sering 'blusukan' untuk mengecek langsung kondisi di masyarakat. Saat menjadi gubernur DKI Jakarta, ia melakukan inspeksi mendadak ke Rusunawa Marunda Cilincing, Jakarta Utara untuk mengecek berbagai kesiapan hunian di Rusun Marunda. Selain itu ia juga datang ke lokasi banjir hingga rela turun langsung membantu warga dalam genangan air.

(Baca: Jokowi Beberkan Usaha Mebelnya dari Kecil hingga Besar ke Para Umi)

Halaman:
Reporter: Dwi Hadya Jayani