PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III bersinergi melalui anak usahanya masing-masing, untuk membangun terminal LNG (liquified natural gas) di Terminal Teluk Lamong, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengatakan, anak usaha PGN, yakni PT PGN LNG Indonesia (PLI) bekerjasama dengan PT Pelindo Energi Logistik (PEL) selaku lini usaha Pelindo III di bisnis logistik energi, akan membangun terminal tersebut dallam tiga fase.
“Dalam skema distribusi dan transmisi gas, pasokan LNG dapat dikapalkan dari sumur di Bontang/Tangguh bahkan LNG impor, apabila pasokan LNG domestik tidak mampu lagi memasok kebutuhan LNG untuk domestik,” ujar Gigih seperti dikutip berdasarkan keterangan tertulis Kamis, (27/6).
Ia melanjutkan, kemudian LNG ditampung di terminal LNG yang mempunyai fasilitas penyimpanan sementara dan di-breakbulk dengan filling unit untuk penjualan ritel. Dengan begitu, LNG bisa langsung mengalir ke konsumen melalui jaringan pipa. Selain itu, juga dimungkinkan untuk dilakukan pendistribusian LNG melalui truk kepada konsumen ritel (LNG trucking).
(Baca: PGN Ingin Menyerap Produksi Gas Blok Masela)
Menurut Gigih, Pada fase pertama, pembangunan akan fokus kepada fasilitas regasifikasi di kawasan lepas pantai dan menggunakan fasilitas penyimpanan sementara, dengan utilisasi kapal LNG ukuran sedang yang sesuai ukuran dermaga (jetty) eksisting di Terminal Teluk Lamong.
“Perpipaan dari jetty menuju onshore regasification unit akan sangat efisien karena bisa ditempatkan di atas pilecap conveyor yang sudah ada untuk melayani bongkar curah kering di Terminal Teluk Lamong. Sedangkan luasan area yang disiapkan Pelindo III untuk fasilitas regasifikasi mencapai 2,5 hektar, sehingga sangat memadai,” ujar Gigih.
Fase kedua yaitu pembangunan terminal pengisian LNG skala kecil (Iso Tank 20 feet – 40 feet container) untuk distribusi LNG di luar sistem pipa PGN dan ship to truck LNG bunkering.
Fase paling akhir mencakup pembangunan tangki LNG permanen. Dimulai dengan dengan ukuran 50.000 cbm, sebagai pengganti floating storage untuk memenuhi kebutuhan suplai gas sistem pipa PGN di Jawa Timur.
(Baca: PGN Bangun Terminal LNG Jawa Timur, Beroperasi Kuartal IV 2019)
Fasilitas tersebut dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan sampai dengan 180 MMSCFD. Pengoperasian penuh pada 2023, dan dapat berkembang untuk pemenuhan semua kebutuhan gas di Jawa Timur sebesar 600 MMSCFD dalam jangka panjang.
Gigih mengungkapkan pembangunan permanen yang bertahap ini akan mengurangi belanja modal (capital expenditure/capex) dan biaya operasional (operational expenditure/opex) secara signifikan bila dibandingkan dengan fase-fase awal sebagai solusi sementara.
“Karena adanya pengurangan opex dari hilangnya pembiayaan sewa harian FSU dan berkurangnya biaya marine operation. Untuk capex sendiri akan berkurang dengan signifikan karena menggunakan terminal eksisting. Salah satu biaya terbesar dalam pembangunan small scale LNG terminal adalah pembangunan jetty dan fasilitas pelabuhan,” ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Pelindo III Doso Agung mengatakan, berdasarkan proyeksi kebutuhan pasokan gas yang tinggi di Jawa Timur, Pelindo III sebagai pengelola Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menyiapkan Terminal Teluk Lamong dan lini bisnis logistik energinya, PT PE Logistik, untuk membangun fasilitas terminal LNG.
(Baca: Pelindo III Gandeng Adaro dan Djarum Garap Infrastruktur Logistik)
Sehingga dapat menjadi gerbang masuk distribusi gas PGN untuk pasar Jawa Timur mengingat lokasi Pelabuhan Tanjung Perak yang strategis.
“Pasokan LNG akan semakin lancar sehingga biaya logistik dapat ditekan. Selain itu diharapkan juga ada dampak ikutan berupa peningkatan daya saing industri di Jawa Timur, karena kepastian pasokan yang membuat penghematan biaya belanja energi dan peningkatan produksi,” ungkapnya.