Namun menurut Dosen FTKE Universitas Trisakti sekaligus Pendiri ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, Pertamina dan Aramco belum sepakat karena pendekatan dan nilai valuasi yang berbeda. Bukan karena investasi kilang di Indonesia yang kurang menarik dibandingkan di negara lain.
Menurutnya, investasi kilang di Indonesia cukup menarik bagi Aramco. Sebab, volume pasar Indonesia yang cukup besar.
Hanya saja, kilang Cilacap yang ditawarkan ke Aramco merupakan kilang tua. Makanya Pri menyarankan Pertamina untuk memperhatikan usia kilang dalam melakukan valuasi aset. "Mestinya hal-hal seperti itu juga dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi pendekatan maupun nilai valuasi agar ada titik temu,"kata Pri ke Katadata.co.id, Rabu (19/6).
Dalam hal ini, Aramco dinilai memiliki kemampuan finansial dan suplai minyak yang cukup besar. Maka wajar jika perusahaan salah satu perusahaan migas terbesar di dunia ini menginginkan tingkat pengembalian investasi alias return on investment yang cukup bagus.
Apalagi investasi untuk proyek RDMP Cilacap ditaksir mencapai US$ 5 miliar. Dengan dana tersebut, kapasitas kilang Cilacap bisa meningkat dari 348 ribu barel per hari menjadi 400 ribu barel per hari dengan spesifikasi Euro V, petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.
(Baca: Saudi Aramco Sepakati Investasi US$ 7 Miliar di Proyek Petronas)