PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) berhasil menekan angka penggunaan gas alam cair (Liqufied Natural Gas/ LNG). Hingga April 2019, realisasi konsumsi LNG untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) tercatat hanya tujuh kargo.
Realisasi konsumsi LNG oleh PLN April 2019 ini lebih rendah dibanding proyeksi penyeluran gas untuk domestik yang diprediksi oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yaitu sebanyak 17 kargo.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN Amir Rosidin menjelaskan pengurangan konsumsi tersebut disebabkan optimalisasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sehingga lebih efisien. Ia menjelaskan, meski sudah dilakukan pembayaran suplai LNG, sisa pemakian kargo LNG bisa digunakan kemudian hari.
"PLTU kemarin sehat. Ini efeknya penggunaan gasnya jadi tertekan. Ada juga karena PLTU yang masuk baru," ujarnya, saat ditemui di Depok, Jawa Barat, Kamis (23/5).
Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko mengatakan, ada penurunan permintaan LNG. Penurunan permintaan ini menurut Arief kemungkinan disebabkan karena PLN mengambil batu bara atau gas pipa.
Rencananya, sebanyak 11 kargo LNG yang tidak terserap PLN akan dijual secara langsung. Salah satu calon pembelinya adalah Pertamina.
(Baca: PLN Kurangi Pesanan, Pasokan LNG Kelebihan 11 Kargo)
Namun, SKK Migas masih menanti izin dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan untuk melakukan penjualan tersebut.
"Kami mau tanya dulu sama Pak Menteri boleh apa tidak," ujarnya dalam Rapat Dengan Pendapat di ruang Komisi VII, Gedung DPR RI, Kamis (16/5).
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi ekspor LNG hingga April mencapai 35,9 kargo. Rinciannya, sebanyak 18,2 kargo berasal dari Bontang dan sebanyak 17,7 kargo dari Tangguh.
Sedangkan realisasi penggunaan LNG untuk domestik tercatat sebanyak 17,3 kargo. Rinciannya, dari Bontang sebanyak 10,7 kargo dan Tangguh sebanyak 6,6 kargo.