Produsen Listrik Swasta Optimis Bank Masih Tertarik Danai Proyek PLTU

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Editor: Sorta Tobing
10/5/2019, 14.56 WIB

Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menilai perbankan nasional dan regional Asia masih tertarik mendanai proyek batu bara, seperti proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Juru bicara APLSI Rizal Calvary mengatakan, hal itu masih terjadi meskipun tren pembangunan pembangkit secara global mengarah ke pembangkit listrik energi terbarukan (EBT).

Bahkan, menurut dia, beberapa perbankan yang berbasis di Eropa dan Amerika, masih mau membiayai pembangunan PLTU. "Bank-bank BUMN besar serta bank swasta lain masih membiayai project financing-nya," kata Rizal, kepada Katadata.co.id, Jumat (10/5).

Namun, Rizal mengakui dalam jangka waktu lima sampai 10 tahun ke depan kondisinya akan berubah karena proyek pembangkit EBT semakin banyak. Pihak swasta pun pasti lebih memilih mendanainya ketimbang yang berbahan bakar batu bara.

Perpindahan dari energi fosil ke energi baru terbarukan terus berlangsung secara global. Pada awal Mei ini, perusahaan dana pensiun Norwegia, Kommunal Landspensjonskasse (KLP), memutuskan mendivestasikan kepemilikan usahanya di seluruh dunia yang memiliki lini usaha batu bara atau energi fosil.

(Baca: Dana Pensiun Norwegia Lepas Seluruh Investasi di Bisnis Batu Bara )

Di Indonesia, imbas dari keputusan KLP tersebut dirasakan oleh PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT United Tractors Tbk. (UNTR). Walaupun porsi kepemilikan KLP di kedua perusahaan Grup Astra ini kecil, yaitu masing-masing hanya 0,01% atau Rp 58,7 miliar (35,9 juta Krone) dan 0,02% atau sekitar Rp 41,4 miliar (25,3 juta Krone).

Analis keuangan untuk sektor energi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Elrika Hamdi mengatakan, secara global sedang terjadi untuk melakukan divestasi atas kepemilikan saham maupun obligasi terhadap perusahaan-perusahaan yang bergerak di energi fosil.

“Yang dilakukan KLP dalam hal ini bukanlah hal baru, dan memang perjalanannya sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Namun kriteria yang mereka terapkan sekarang lebih ketat dibanding sebelumnya," ujar Erika dalam siaran pers yang diterima Katadata.co.id beberapa waktu lalu.

Menurut dia, tren divestasi ini akan semakin kencang di kemudian hari, dan tidak hanya dijalankan oleh dana pensiun. Institusi keuangan lain, seperti bank dan asuransi, akan semakin menyadari risiko memiliki portofolio di perusahaan batu bara dan minyak dan gas yang keberlangsungan umurnya semakin dipertanyakan.

Reporter: Fariha Sulmaihati