Kuasa Petahana di Balik Kemenangan Sementara Jokowi-Maruf

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kiri depan) dan KH Ma\'ruf Amin (kanan depan) didampingi sejumlah pimpinan Parpol pendukung melambaikan tangan usai memberikan keterangan terkait Pilpres 2019 di Jakarta, Rabu (17/4/2019).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
18/4/2019, 18.08 WIB

(Baca: Jokowi Dapat Ucapan Selamat Menang Pilpres dari 25 Pemimpin Negara)

Sementara, Ma'ruf Amin pernah menduduki kursi parlemen sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta pada periode 1971-1973 dan 1977-1982.

Ma’ruf Amin juga pernah menjadi anggota DPR RI dari fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada periode 1973-1977 dan dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 1999-2004. Selain itu, Ma'ruf pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari fraksi PKB pada periode 1997-1999.

Ada pun, rekam jejak Prabowo lebih banyak di militer. Prabowo tercatat pernah menjadi Komandan Jenderal Kopassus, Panglima Kostrad, dan Komandan Seskoad. Di bidang politik, Prabowo saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Gerindra.

Sandiaga sendiri hanya pernah menjabat di pemerintahan sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta selama hampir sepuluh bulan. Sebelumnya, Sandiaga lebih banyak berkecimpung di dunia bisnis.

Sandiaga adalah seorang pengusaha yang diketahui merupakan pendiri PT Saratoga Investama Sedaya. Dia juga menjadi pemegang saham PT Adaro Indonesia, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk.,, PT Provident Agro Tbk., dan PT Medco Power Indonesia.

"Masyarakat belum bisa membandingkan dari sisi track record," kata Rully.

Jokowi Berhasil Tangkis Isu SARA

Selain itu, Jokowi saat ini lebih sulit diserang dengan isu negatif berbalut agama sebagaimana pada Pilpres 2014. Ini karena Jokowi didampingi oleh Ma'ruf yang memiliki atribusi sebagai ulama. Ma'ruf merupakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Sirojudin menambahkan, isu negatif berbalut SARA juga sulit menyerang Jokowi karena adanya tiga partai Islam di belakangnya, yakni PPP, PKB, dan PBB. Belum lagi adanya Nahdlatul Ulama (NU) yang secara tidak langsung mendukung Jokowi-Ma'ruf.

"Bagaimana bisa Jokowi anti-islam? Wakilnya sendiri kiai (Ma'ruf Amin). Dia didukung partai-partai berbasis Islam," kata Sirojudin.

Peneliti senior Populi Center Afrimadona menambahkan, Jokowi-Ma'ruf dapat memenangkan pertarungan politik tahun ini juga didorong oleh faktor figur. Menurut Afrimadona, masyarakat menyukai figur yang disosokkan Jokowi-Ma'ruf.

(Baca: Moeldoko Minta Tak Ada Klaim Kemenangan Pemilu Sebelum Pengumuman KPU)

Afrimadona menilai Jokowi-Ma'ruf memperkenalkan diri sebagai figur yang merakyat, sederhana, dan bekerja keras. Sosok ini serupa dengan yang dibawa Jokowi pada Pilkada DKI 2012 dan Pilpres 2014.

Sosok berbeda terlihat dari Prabowo-Sandiaga. Meski sempat berupaya mengubah citranya pada Pilpres 2019, Afrimadona menilai Prabowo-Sandiaga lebih dikenal sebagai pribadi yang tegas.

"Itu sudah sangat melekat dan masyarakat melihat itu. Faktor itu yang mempengaruhi kesukaan mereka kepada Jokowi-Ma'ruf," kata Afrimadona.

Halaman: