Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membantah melakukan jual beli suara saat berkunjungan ke Pondok Pesantren Nurul Cholil, Bangkalan, Madura pada Sabtu (30/3). Luhut mengatakan dugaan tersebut merupakan sebuah fitnah keji dan mencoreng kehormatan Kiai Zubair Muntasir dan pondok pesantren yang diasuhnya.
"Saya menyesalkan adanya pihak-pihak yang mengatakan telah terjadi jual beli suara dalam pertemuan tersebut. Sebelum bertindak, bertanyalah dan dialog dengan hati nurani paling dalam untuk melakukan sesuatu yang terbaik," kata Luhut di keterangan resminya, Jumat (5/4).
(Baca: Luhut Ingatkan Masyarakat Agar Tak Pilih Pimpinan karena Hoaks)
Dia mengatakan Kiai Zubair saat ini mengalami masalah pada kesehatan sehingga dia memberikan bisyaroh atau tanda terima kasih dalam amplop. Selain itu hal ini untuk membalas jamuan hangat dari pimpinan Pondok Pesantren Nurul Cholil, Bangkalan tersebut. Dalam pertemuan itu, Luhut diberikan batik dan batu akik oleh Zubair.
Luhut juga meminta para elite agar mengedepankan pikiran jernih alih-alih prasangka buruk. Dia juga mengatakan ajaran luhur pendahulu tak perlu dirusak kepentingan sesaat saja.
Luhut juga menjelaskan maksud kedatangannya ke ponpes Nurul Cholil di Bangkalan merupakan silaturahmi biasa yang biasa. Hal ini menurutnya kerap dilakukannya saat menjadi Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya di Madiun, Jawa Timur pada tahun 1995 silam.
(Baca: Hasil Survei: Media Sosial Mempengaruhi Pilihan saat Pemilu)
Kunjungan Luhut sempat menjadi perhatian kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Mardani Ali Sera meminta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyelidiki pemberian amplop ini. Apabila dugaan politik uang ini benar maka ada ketentuan yang dapat menjerat Luhut.
"Undang-Undang menegaskan pemberian untuk mengarahkan dukungan ke salah satu calon tak dibenarkan," kata Mardani kemarin dikutip dari Tribun.