Survei Charta Politika Catat Hanya 7 Partai Politik Lolos ke DPR

ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
Massa PDIP saat kampanye di lapangan GOR Lembupeteng, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (21/6/2018). PDIP merupakan partai diprediksikan dengan keterpilihan tertinggi.
Editor: Yuliawati
4/4/2019, 18.31 WIB

Lembaga survei Charta Politika memprediksi hanya tujuhpartai politik yang kemungkinan besar lolos ambang batas parlemen sebesar 4%. Sebanyak 7 partai tersebut yakni PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera. Dengan demikian 9 partai diperkirakan tidak lolos ambang batas parlemen. 

Charta Politika mengadakan survei nasional tentang Pemilihan Legislatif 2019 pada hari Kamis (4/4). Survei tersebut diambil pada periode 19-25 Maret 2019 lalu dengan metode wawancara tatap muka pada 2.000 responden. Sampel dipilih acak dengan unit sampling primer kelurahan yang tersebar seluruh Indonesia. Sedangkan margin of error survei ini mencapai 2,19%.

Dalam survei ini, elektabilitas PDI Perjuangan di posisi paling atas dengan tingkat keterpilihan 25,3% atau naik dari dari 24,8% pada awal Maret lalu. Gerindra berada di posisi kedua dengan elektabilitas 16,2% atau naik 0,5% dari awal Maret.

Golkar berada di posisi ketiga dengan elektabilitas 11,3%. Adapun PKS masih berada di posisi 7 dengan elektabilitas 5%. Selain empat parpol itu, masih ada Nasdem dengan 5,2%, PKB dengan keterpilihan 8,5%, dan Demokrat dengan elektabilitas 5,2%.

"Golkar, PDIP dan Gerindra saya pikir sulit digeser," katanya saat pemaparan di Jakarta, Kamis (4/4).  

(Baca: Roy Morgan: Elektabilitas Prabowo Terus Naik, Tapi Sulit Salip Jokowi)

Adapun 9 partai di antaranya Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Perindo diprediksi berada di bawah ambang batas parlemen dengan rata-rata mendapat elektabilitas 2 dan 3%.

Namun angka ini bisa melejit mengingat adanya margin of error sehingga kemungkinan itu tidak tertutup. Dari survei ini, responden yang belum menentukan pilihan atau tidak menjawab mencapai 11,7%.

Muslimin melihat tren suara PPP terus jatuh disinyalir survei bersamaan kasus yang menimpa Romahurmuziy. Pada survei akhir Desember, elektabilitas partai Kakbah itu sebesar 4,3% namun terus turun hingga 2,4%.

"Partai Hanura, Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), dan Garuda sulit (lolos)," kata dia merujuk pada elektabilitas keempat partai yang di bawah nol koma.

Efek Partai Pendukung Jokowi dan Prabowo

Efek ekor jas (coat tail effect) dua calon presiden masih menjadi alasan beberapa partai menikmati elektabilitas yang besar. Dari hasil sigi tersebut, PDI Perjuangan, Partai Gerindra, dan Partai Keadilan Sejahtera menikmati kenaikan lantaran faktor dua capres yang diusung.

Sebanyak  29,2% responden memilih PDI Perjuangan karena memilih partai itu lantaran mengusung Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. Hal yang sama terlihat dari 34,9% pemilih Gerindra dan 20% PKS yang menjadikan sosok Prabowo Subianto menjadi alasan utama mencoblos partai bersangkutan.

Politisi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu mengatakan hal ini merupakan bukti PDIP tetap bertahan di tengah gempuran berbagai isu seperti Partai Komunis Indonesia (PKI) hingga anti Islam. "Ini buah kerja seluruh elemen partai," kata Masinton. 

Sedangkan pemilih Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Golkar karena terbiasa akan pilihan tersebut. Adapun pemilih Demokrat menjadikan sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai alasan utama memilih partai Mercy itu dengan 11,5% menjadikan alasan tersebut sebagai basis memilih. Adapun responden Nasdem menjadikan caleg sebagai alasan memilih partai besutan Surya Paloh ini.

(Baca: CSIS: PDIP, Gerindra dan Golkar Akan Peroleh Suara Terbanyak)