Bertahan terhadap terpaan produk internasional bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi kompetisi retailer dalam mal premium seperti Pacific Place, Lotte Shoping Avenue, dan Pondok Indah Mall, cukup ketat. Namun, The Goods Dept. mampu terus tumbuh, bahkan terus melakukan inovasi teknologi.

Chief Executive Officer The Goods Dept. Anton Wirjono menyatakan brand lokal butuh panggung untuk bersaing dalam mal. Apalagi, industri desain kreatif merupakan salah satu usaha yang sulit untuk berkembang tanpa promosi yang tepat. Dia terinspirasi untuk memberikan tempat kepada produk dalam negeri.

Anton mengungkapkan konten lokal dalam The Goods Dept. mencapai 80%. "Teknologi akan membawa perubahan dalam waktu 5 sampai 10 tahun ke depan, yang tidak berubah ikut teknologi, akan ketinggalan," kata Anton kepada Katadata.co.id di Jakarta, Kamis (28/3).

Oleh karena itu, The Goods Dept. bakal lebih agresif untuk mengembangkan penggunaan teknologi digital untuk meningkatkan penjualan, terutama melalui sistem online. Sebab, porsi penjualan online baru mencapai 15%, sehingga transaksi produk secara langsung masih menjadi kontribusi utama.

(Baca: 1.000 Pasang Sepatu Brodo Terjual Selama Asian Games 2018)

Menurut Anton, konsumen berusia 18 hingga 35 tahun merupakan kategori millenials yang menghabiskan waktu 70% untuk media sosial. Oleh karena itu, dia menargetkan penjualan digital mencapai 40%. Strategi utama untuk mengejar sasaran adalah investasi terbaru melalui pilot project intel face recognition, untuk lebih mengenal konsumen.

Dia membeberkan, informasi dan data sangat penting untuk penjual produk. Face recognition akan menganalisis perilaku satu orang pengunjung secara spesifik. "Untuk toko busana atau restoran, data akan cukup lengkap sehingga kami bisa menentukan produk apa yang akan kami pamerkan," ujar Anton.

Nantinya, pendataan itu akan menjadi pertimbangan artificial intelligence atau kecerdasan buatan untuk promosi, mengirim konten atau diskon langsung ke email pengunjung secara personal. Dia menyebutkan, pelanggan akan lebih diuntungkan karena mendapatkan pengalaman berbelanja sesuai kesukaan mereka.

Meski begitu, Anton enggan mengungkapkan nilai investasi terbaru The Goods Dept. untuk fasilitas Internet of Things (IoT) terbaru. Yang jelas, alokasi sumber daya untuk membangun face recognition bakal meningkatkan efisiensi. Sehingga, dia bisa mendapatkan keuntungan seperti pembukaan divisi baru atau kenaikan gaji pegawai.

(Baca: Anak Usaha MAP Siapkan Rp 250 Miliar untuk Buka 150 Gerai Retail)

Ekspansi Digital Dorong Penjualan

Dia menambahkan, ekspansi digital menjadi prioritas daripada perluasan bisnis untuk omnichannel. Alasannya, pertumbuhan The Goods Dept. memang melambat selama dua tahun terakhir. "Growth dua tahun terakhir single digit tetapi sebelumnya double digit, memang melambat, tetapi setidaknya masih ada," kata Anton.

Menurutnya, perlambatan itu terjadi karena digitalisasi yang semakin meningkat. Pilihan medium pembelian masyarakat juga lebih banyak sehingga persaingan ketat. Dia juga menyebutkan ada perubahan pola perilaku karena kegiatan travelling semakin murah, sehingga generasi muda memindahkan alokasi belanja untuk menjadi tabungan.

Anton menekankan, kunci untuk tetap eksis dalam pasar premium - terutama bagi produk lokal - adalah kolaborasi. The Goods Dept. juga bekerja sama dengan Tokopedia untuk penjualan produk klasik populer yang telah didesain ulang seperti Rumah Makan Sederhana, Indomie, Swallow, dan Orang Tua.

Dia mengaku, target pasar sekarang lebih menyukai sesuatu yang ikonik, sehingga produsen retail harus mampu memberikan tawaran atraktif. Apalagi The Goods Dept. sudah merepresentasikan sebanyak 250 brand sejak awal terbentuk. Sekarang Anton memiliki 6 titik gerai yang berupa bermacam format: The Goods Dept., The Goods Cafe, dan The Goods Diner.

(Baca: Aplikasi Halofina Mempermudah Milenial dalam Berinvestasi)

Selain itu, The Goods Dept. merupakan perpanjangan tangan Brightspot Market - pameran busana lokal setahun sekali. Pada 2010, terdapat hanya 25 vendor serta kedatangan 5 ribu pengunjung. Namun, tahun lalu, Brightspot Market berhasil menarik 78 ribu orang serta menampilkan 200 vendor. "Selain kolaborasi dan kreativitas, kurasi dan komunitas bakal memberikan pertumbuhan yang positif," kata Anton.

Reporter: Michael Reily