Accelerice, food accelerator pertama Indonesia secara resmi meluncurkan food innovation and knowledge hub. Berlokasi di daerah Kuningan, Jakarta, Accelerice diharapkan dapat mendorong pertumbuhan food startup dan industri kuliner Tanah Air
Chief Empowerment Officer (CEO) Accelerice, Charlotte Kowara, mengatakan, Accelerice memiliki misi untuk mendukung pertumbuhan usaha kuliner. Ia juga menekankan bahwa produk yang dihasilkan harus dapat terjangkau, mudah didapat, dan bernutrisi
"Visi kami adalah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat inovasi dan teknologi rekayasa bahan pangan di masa depan,” kata Charlotte, di Jakarta, Senin (25/3/2019).
Nama Accelerice merupakan gabungan dari kata “accelerator” dan “rice” (nasi), yang merupakan makanan pokok Indonesia. Accelerice food innovation and knowledge hub mencakup gedung empat lantai dengan total area 1,300 meter persegi.
(Baca juga: Tren Kuliner 2019, Orisinalitas Menu Jadi Orientasi Utama Konsumen)
Di antara fasilitas milik Accelerice adalah dapur yang peralatannya dipasok oleh perusahaan bertaraf internasional, Welbilt. Di samping itu juga terdapat fasilitas research and development (R&D), cafe untuk uji coba produk, area berkumpul, dan co-working space.
Kemudian, ada reference room untuk foto produk, dan referensi kemasan yang disponsori oleh Tokoe Kemasan Kita. Tidak hanya itu, Accelerice juga menyediakan fasilitas bernama Toko Sebelah bagi food startup menjual produk-produk mereka.
Salah satu portofolio Accelerice Sebagai food accelerator, adalah Matchamu yang memulai usahanya sebagai home industry. Kini, Matchamu telah memiliki kapasitas produksi sebesar 1,000 sachet per hari. Tahun ini, mereka akan segera membuka pabrik baru dengan kapasitas produksi mencapai 400 ribu sachet per hari.
(Baca juga: Skema Waralaba Jadi Favorit Usaha Kuliner Kebab)
Portofolio Accelerice lainnya adalah OTW Food Street yang mulanya dikenal dengan konsep foodcourt yang berada di 6 lokasi, kini berevolusi menjadi coffee stall bernama Kopi Yor yang teah memiliki 12 cabang.
Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) menyatakan bahwa sektor kuliner telah menyumbangkan 30% dari total pendapatan dari ekonomi kreatif Indonesia yang tahun lalu mencapai Rp 1.000 triliun.
Dengan populasi 278 juta jiwa, Indonesia dipercaya memiliki pasar kuliner terbesar di kawasan Asia Tenggara. Indonesia juga memiliki lebih dari 50 ribu bumbu dan rempah yang mendukung pengembangan bisnis kuliner.