Katapel.id, Platform Komersialisasi Hak Paten Rintisan Bekraf

Bekraf
Project Manager Katapel.id, Mayumi Haryoto menjelaskan program Katapel dan keuntungan mengkomersialisasikan kekayaan intelektual saat Roadshow Sosialisasi Katapel di Canting Restaurant Galeria Mall, Yogyakarta pada Rabu (6/3).
Penulis: Pingit Aria
12/3/2019, 15.14 WIB

Komersialisasi paten atas kekayaan intelektual saat ini belum populer di antara pelaku industri kreatif di Tanah Air. Apalagi, baru sekitar 7,2% pelaku kreatif yang mendaftarkan karyanya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

“Baru sedikit karya yang didaftarkan hak ciptanya, sehingga komersialisasinya juga masih minim. Padahal potensi intellectual property (IP) ini besar,” kata Direktur Pengembangan Pasar Dalam Negeri Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Fahmy Akmal, dikutip dari siaran pers, Selasa (11/3).

Di Indonesia, kesuksesan komersialisasi paten atas kekayaan intelektual telah dibuktikan saat Asian Games, 2018 lalu. Di mana, tiga maskotnya, yakni Atung, Binbin, dan Kaka diwujudkan dalam berbagai produk, seperti boneka, gantungan kunci, dan lainnya yang laku keras.

Untuk itu, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) merilis program Katapel yang bisa diakses secara online melalui Katapel.id. Melalui platform ini, kreator dapat mengikuti berbagai pelatihan mengenai komersialisasi atas kekayaan intelektual.

(Baca juga: Baru 7,25% Pebisnis Bidang Desain Komunikasi Visual Memiliki HKI

Fahmy menjelaskan, penjualan IP pun bisa dilakukan melalui 3 cara yaitu, jual putus, jual lisensi, dan franchise. “Namun masih banyak pelaku kreatif kita yang belum paham masalah ini, padahal potensi daya jualnya cukup tinggi,” katanya.

Ia juga memperhatikan kurangnya kolaborasi antara para ahli lintas bidang. Para profesional di industri kreatif atau pemilik kekayaan intelektual lokal hampir tidak pernah bersinggungan dengan para profesional di bidang pemasaran lisensi.

Katapel adalah program yang diinisiasi oleh Bekraf untuk menjembatani para pelaku kreatif atau pemilik paten dengan para ahli di bidang pemasaran lisensi. Program ini diharapkan dapat membangun ekosistem yang berkelanjutan serta memperkuat nilai jual hak cipta di dalam dan luar negeri.

“Tahun ini, Bekraf tidak hanya fokus membantu pemasaran ke luar negeri tapi juga menyiapkan kreator di dalam negeri mengingat banyak yang harus dibenahi,” ujar Fahmy.

Katapel pun menggelar roadshow di berbagai kota seperti Bandung dan Yogyakarta. Project Manager Katapel.id, Mayumi Haryoto, menyampaikan antusiasme masyarakat mengikuti roadshow yang dilakukan Bekraf cukup tinggi.

(Baca juga: Paten HKI Memudahkan Mycotech Perluas Jaringan Bisnis

Di Yogyakarta tercatat lebih dari 300 orang mendaftar untuk mengikuti acara tersebut. Namun diakuinya tidak semua pendaftar bisa mengikuti karena kuota terbatas, yakni 100 orang.

“Saat workshop sejumlah pemateri ternama akan hadir, salah satunya Mochtar Sarman yang merupakan Direktur Merchandise Asian Games 2018,” kata Mayumi.

Pemilik IP lokal juga diajak mendaftar menjadi peserta Katapel Batch 2. Pendaftaran ini dibuka pada 6-21 Maret. Peserta yang dinyatakan lolos akan mengikuti workshop selama empat hari, yakni pada 9-12 April di Jakarta.

“Setelah workshop, peserta akan diseleksi menjadi 20 besar dan dipilih lima besar yang akan diikutkan ke licensing show di Shanghai,” kata Mayumi.

Pengalaman mengikuti Hong Kong International Licensing Show (HKILS) pada 7-9 Januari lalu, Pavliun Indonesia mendapat tanggapan positif karena banyak yang penasaran dengan produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, dia mengaku optimistis di Shanghai, Indonesia juga akan mendapat sambutan yang besar.