Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mendorong hilirisasi untuk memberikan nilai tambah bagi industri batu bara. Salah satunya, melalui pencanangan industri hilirisasi batu bara di Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ).
Kegiatan ini merupakan tidak lanjut dari kesepakatan yang telah disepakati oleh PT Bukit Asam Tbk, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pertamina (Persero), dan PT Chandra Asri Petrochemical. "Sinergi penting dilakukan untuk menciptakan efisiensi dalam industri batubara, gas, pupuk dan kimia.” kata Rini, pada keterangan pers, Minggu (3/3).
Di kawasan BACBSEZ akan dibangun empat kompleks pabrik meliputi pabrik batu bara yang akan dikelola menjadi syngas. Selanjutnya, syngas akan diproses menjadi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi liquified petroleum gas (LPG), urea sebagai pupuk, dan polypropylene yang merupakan bahan baku plastik.
(Baca: Tingkatkan Fasilitas Produksi, Vale Garap Proyek Rp 3,4 miliar)
Teknologi gasifikasi di pabrik ini diharapkan dapat menghasilkan produk bernilai tinggi dari batu bara kalori rendah. Ditargetkan industri ini bisa beroperasi pada November 2022.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menjelaskan bahwa industri ini akan memberikan dampak terhadap perkonomian nasional, karena bisa mengurangi impor LPG, serta memproduksi pupuk urea dengan ongkos produksi yang diharapkan lebih efisien.
Keberadaan pabrik ini diharapkan dapat membuat tambang milik Bukit Asam bisa terus berproduksi. "Dengan adanya industri ini kita harapkan keberadaan tambang ini akan terus ada 100 tahun kedepan,” kata Arviyan.
Proyek hilirisasi ini diharapkan akan mampu menghasilkan 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun dan 450 ribu ton polypropylene per tahun. Sementara untuk menghasilkan produk-produk tersebut dibutuhkan batubara sebagai bahan baku utama sebesar 7 juta ton per tahun.
(Baca: Peluang Indonesia Genjot Ekspor Batu Bara ke Tiongkok)