Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan ada 10 wilayah yang potensial memiliki cadangan minyak dan gas bumi terbesar (giant discovery). Salah satunya adalah Blok Sakakemang yang baru saja ditemukan memiliki cadangan gas hingga 2 triliun kaki kubik (TCF).
“Untuk mencari giant discovery, saat ini kita fokus ke 10 titik wilayah potensial lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kamis (22/2).
(Baca: Blok Sakakemang,Temuan Gas Terbesar Keempat di Dunia 2018-2019)
Adapun selain Blok Sakakemang di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, area potensial lainnya berlokasi di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), dan Sumatera Selatan (Fractured Basement Play). Kemudian Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
Dia menyatakan SKK Migas akan terus berupaya agar 10 area migas potensial ini bisa segera digarap oleh investor, sehingga cadangan dan produksi migas meningkat. Meski begitu, Dwi belum bisa memastikan berapa total cadangan dan investasi yang dibutuhkan untuk menggarap 10 area tersebut.
(Baca: Tiga Strategi Pemerintah Temukan Ladang Migas Baru)
Eksekutif ReforMiner Institute (Research Institute for Mining and Energy Economics) Pri Agung Rakhmanto menyambut baik temuan 10 area potensial ini oleh SKK Migas. Dia berharap 10 area ini memang benar-benar memiliki cadangan migas yang besar, seperti yang sudah diungkapkan SKK Migas pada Blok Sakakemang.
Menurutnya dengan adanya temuan tersebut bisa ikut membangkitkan gairah semangat eksplorasi di Indonesia. Asalkan temuan ini harus jelas berapa cadangan migas yang ada didalamnya. Dia berharap, cadangan gas yang ditemukan Repsol di Blok Sakakemang masuk dalam kategori P1 atau cadangan yang sudah terbukti (proven).
Menurutnya, butuh waktu lama dan investasi yang besar, apabila temuan cadangan migas suatu blok masih berupa cadangan probable (P2), atau malah cadangan possible (P3). “Kalau berbicara mengenai hulu migas yang lebih konkrit tentu harus sudah sampai tahap proven. Bukan sekedar potensi,” ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (22/2).
(Baca: Defisit Produksi Migas Diprediksi Akan Membesar di 2025-2050)