Desainer Fesyen Sebut Suplai Benang ke Perajin Kain Terbatas

Jakarta Fashion Week
Pagelaran busana yang digelar pada Jakarta Fashion Week (JFW) 2018 di Senayan City, Oktober 2017 lalu.
Penulis: Dini Hariyanti
24/1/2019, 15.00 WIB

Suplai benang berkualitas kerap menjadi kendala perajin kain di berbagai daerah. Keterbatasan pasokan tidak hanya untuk benang lokal tetapi juga impor. Benang sebagai bahan baku pembuatan kain sebagian besar berasal dari luar negeri.

Ketua Umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono mengatakan, keterbatasan benang mempengaruhi kualitas kain yang dibuat para perajin. Belum lagi permainan kelompok tertentu yang menyetir harga jual ke perajin kecil.

"Pemda harus bantu, kalaupun harus impor ya perajin kain (skala) kecil dibantu harga dan suplainya," tuturnya ditemui Katadata.co.id usai konferensi pers Indonesia Fashion Week 2019, di Jakarta, Rabu (23/1). (Baca juga: IFW 2019, Ini Contoh Desain Fesyen Terinspirasi Kultur Borneo

APPMI kembali menggelar Indonesia Fashion Week pada tahun ini dan tetap fokus mengelaborasi kekayaan budaya nusantara. Salah satu tujuannya agar desainer lebih menggali potensi-potensi unik di daerah melalui kerja sama dengan para perajin kain.

Ratusan desainer yang terlibat dalam IFW 2019 akan mengeksplorasi kultur borneo khas Kalimatan yang menawarkan beragam kain etnik. Para perancang fesyen diharapkan tidak terpaku kepada satu kelompok perajin di daerah tertentu saja. 

"Tujuan kami (APPMI) agar IFW ini kembali sukses menggali potensi perajin di berbagai daerah. Dan nanti ada yang mencuat, seperti pembordir Tasikmalaya yang sampai kebanjiran pesanan tahun lalu," ucap Poppy. (Baca juga: Potensial Jadi Kerajinan Unggulan Babel, Sebaran Tenun Cual Dipetakan

Asosiasi berharap tema kultur borneo dalam IFW kembali mengundang respon positif dari pembeli potensial yang mayoritas berasal dari dalam negeri. Tapi, APPMI tak menargetkan nilai transaksi tertentu dari pameran busana tahunan ini.

Poppy mengatakan, negosiasi antara potential buyer dengan perancang dalam IFW tahun lalu menghasilkan transaksi sedikitnya Rp 80 miliar. Nilai ini hanya perkiraan karena desainer atau pengusaha mode tak wajib melaporkan data penjualan.

"Semoga tahun ini lebih dari Rp 80 miliar. Tapi, kondisi perekonomian sedang begini. Banyak pelaku usaha mode dari luar kota datang untuk jualan, di daerahnya daya beli sedang turun," tutur dia. (Baca juga: Pebisnis Fesyen: Pajak Bikin Perdagangan Elektronik Lebih Tertib