Jokowi Gunakan Strategi Menyerang dalam Debat Pilpres 2019

Arief Kamaludin | Katadata
Paslon 01, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin saat Debat Capres I 2019 yang diselenggarakan KPU Pusat di Jakarta, Kamis, (17/1/2019)
Penulis: Dimas Jarot Bayu
22/1/2019, 20.20 WIB

(Baca: Debat Pilpres Pertama Jokowi Tampil Paling Baik)

Memberi Kesan Lebih Unggul

Psikolog dan pakar personal branding Dewi Haroen menilai strategi menyerang yang dilakukan Jokowi sudah tepat. Serangan itu penting bagi Jokowi lantaran dia merupakan seorang petahana.

Menurut Dewi, petahana harus bisa memberikan impresi lebih baik kepada publik dalam debat perdana Pilpres 2019 ketimbang lawannya. "Petahana itu harus unggul karena dia punya prestasi. Dia harus menang, minimal draw," kata Dewi.

Sementara itu, CEO Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah menilai pertanyaan-pertanyaan Jokowi dalam Debat Pilpres 2019 perdana mampu membuat Prabowo bersikap emosional. "Ia fokus ke Gerindra sehingga menjadi personal bagi Prabowo," kata Eep dalam keterangan tertulis.

Dua pertanyaan Jokowi soal kebijakan perspektif gender dan caleg Gerindra mantan narapidana kasus korupsi bernada agresif sehingga membuat Jokowi terkesan sebagai penantang. Menurutnya, penantang memang perlu menjadi agresif untuk membentuk citra pemimpin yang kuat. Pada 2014, Jokowi memang memerlukannya. Hanya saja, sebagai petahana hal tersebut tidak tepat lagi digunakan dalam Pilpres 2019.

Pasalnya, Jokowi oleh pengkritiknya dianggap sebagai pemimpin yang cenderung keras. "Ada kebutuhan untuk melunakkan kesan ini. Menjadi agresif sama sekali tidak menjawab kebutuhan itu," kata Eep.

(Baca: Debat Perdana Pilpres 2019 Dinilai Antiklimaks)

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu