Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) bersyukur karena di Indonesia, perdebatan politik hanya ramai di media sosial dan tidak membawa keributan di lapangan. Hal ini menunjukkan rasa kebersamaan masyarakat Indonesia masih kuat.
Ia mengatakan, situasi ini berbeda dengan negara lain, seperti Filipina, Pakistan, dan Thailand. "Kalau ada pemilu (pemilihan umum), kalau ada konflik, ratusan orang meninggal," kata dia dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2019 di Jakarta, Jumat (11/1) malam.
Menurutnya, stabilitas politik dan keamanan baik untuk menjaga ekonomi. Sebab, saat ini merupakan era ekonomi dan politik memiliki pengaruh satu sama lain. Oleh karena itu, ia yakin ekonomi dapat tetap berjalan dengan baik di masa pemilihan legislatif dan pemilihan presiden (pilpres).
(Baca: Heboh Debat Calon Presiden, KPU Dianggap Terlalu Akomodatif)
Selain itu, pelaksanaan pemilu dinilainya akan menopang konsumsi pada 2019. Ia mencontohkan, ada 800 ribu tempat pemungutan suara (TPS) dalam pemilu pada April mendatang. Apabila ada satu orang saja di setiap TPS melakukan transaksi senilai Rp 200 ribu, maka total transaksi pada keseluruhan TPS akan mencapai ratusan miliar. "Jadi ada dorongan ekonomi," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian juga memproyeksikan pertumbuhan sektor industri agro akan meningkat terkerek pemilu. Sektor industri agro pada 2019 diprediksi mencapai 7,10%, lebih tinggi dibandingkan capaian tahun lalu sekitar 6,93% seiring dengan potensi kenaikan permintaan pasar domestik, terutama produk makanan dan minuman pada masa pemilu.
Selain itu, ekonom juga memperkirakan jumlah uang beredar akan meningkat lantaran adanya pemilu. Apalagi, jumlah calon legislatif dalam Pemilu mencapai 26 ribu calon. Hal tersebut diperkirakan berdampak pada peningkatan konsumsi masyarakat.
(Baca: Fenomena Nurhadi-Aldo dan Potensi Meningkatnya Golput di Pilpres 2019)