PT Pertamina (Persero) akan memulai konstruksi proyek pembangkit listrik bertenaga gas (PLTGU) Jawa I yang berlokasi di Cilamaya, Jawa Barat pada bulan ini. Ini merupakan tindak lanjut pelaksanaan proyek setelah perusahaan pelat merah itu berhasil memperoleh pendanaan final (financial close/FC) pada 5 Desember 2018.
Proses pembangunan pembangkit listrik gas terintegrasi ini akan memasuki masa konstruksi skala penuh pada minggu ketiga Desember 2018. Proyek ini tak hanya membangun pembangkit listrik berkapasitas 1.760 MW saja tetapi juga mencakup satu fasilitas unit regasifikasi terapung atau Floating Storage Regasification Unit (FSRU) berkapasitas 170.000 m3. Alhasil, Pertamina mengklaim proyek ini menjadi proyek terintegrasi gas alam dengan pembangkit listrik pertama di Asia dan yang terbesar di Asia Tenggara.
Proyek ini dikerjakan oleh anak usaha Pertamina, PT Pertamina Power Indonesia (PPI), yang merupakan induk perusahaan dari proyek Jawa-1 yang dikerjakan PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR). JSP bertugas melaksanakan, mengoperasikan, dan memelihara proyek PLTGU Jawa I. Perusahaan ini merupakan perusahaan konsorsium yang dipimpin oleh PPI dengan hak kelola 40%, dengan anggota konsorsium lainnya Marubeni Corporation sebesar 40% dan Sojitz Corporation 20%.
Adapun JSR adalah perusahaan konsorsium yang didirikan utk mengelola FSRU di proyek Jawa I. Pada perusahaan JSR ini, PPI mengempit hak kelola 26%, lalu Humpuss 25%, setelah itu Marubeni 20%, Mitsui O.S.K Lines Ltd 19%, dan Sojitz 10%.
Untuk pengerjaan konstruksinya, konsorsium proyek Jawa I telah menunjuk konsorsium General Electric (GE), Samsung C&T, dan PT Meindo Elang Indah sebagai kontraktor rekayasa sipil dan konstruksi, pemasok turbin generator, dan kontraktor jalur pipa gas. Sementara, Samsung Heavy Industries telah ditunjuk sebagai pelaksana pembangunan FSRU.
(Baca: Pinjaman Rp 19,7 Triliun untuk Pembangkit Jawa I Ditarget Cair Tahun Depan)
"Kami berupaya memastikan tahap konstruksi proyek ini berjalan lancar dan sesuai target," kata Direktur Utama PPI Ginanjar. Proyek ini ditargetkan beroperasi Desember 2021. Untuk itu, butuh solidaritas dan koordinasi antarkonsorsium dan pemangku kepentingan demi kesuksesan proyek. Selain itu pihaknya juga akan mengedepankan aspek keselamatan dan keamanan kerja (Health, Safety, Security, and Environment/HSSE) sebagai komitmen dalam menjalankan proyek tersebut.
Pendanaan proyek Jawa I ini menggunakan skema pendanaan non-recourse project financing. Artinya, pengembalian pendanaan hanya bersumber dari arus kas (cashflow) yang dihasilkan dari proyek tersebut.
Adapun JSP dan JSR mendapatkan pendanaan dari konsorsium Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Nippon Export and Investment Insurance Co Ltd (NEXI), Asian Development Bank (ADB), serta perbankan komersial, seperti Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd, Crédit Agricole Corporate and Investment Bank, dan Société Générale. Proyek anyar Jawa I ini memiliki nilai investasi kurang lebih US$ 1,8 miliar, terdiri dari investasi proyek pembangkit PLTGU Jawa I sebesar US$ 1,4 miliar dan FSRU sebesar US$ 400 juta.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan mengatakan, seluruh listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tersebut akan dipasok ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selama 25 tahun. Melalui pengembangan proyek ini, Pertamina Grup menjadi mitra PLN dalam memasok listrik ke jaringan listrik nasional Jawa-Bali. “Pembangunan infrastruktur gas dan pembangkit listrik yang terintegrasi dilakukan untuk mewujudkan energi bersih bagi negeri,” kata Heru melalui siaran resminya kepada Katadata.co.id, Jumat (7/12).