Saling Serang, Ini Beda Gaya Komunikasi Politik Jokowi dan Prabowo

ANTARAFOTO | Puspa Perwitasari
Penulis: Dimas Jarot Bayu
16/11/2018, 06.00 WIB

Dari kedua pernyataannya tersebut, Jokowi sama sekali tidak menyebut secara jelas siapa politisi sontoloyo maupun orang yang menggunakan politik genderuwo. Hal ini lantas membuat publik menggunakan imajinasinya untuk menafsirkan ucapan tersebut. “Jokowi tidak lugas mengkritik siapa. Itu membuat orang-orang menduga sehingga diskursus publik bisa jalan,” kata Gun Gun.

Dia menilai gaya komunikasi politik Jokowi sebenarnya memiliki kesamaan dengan calon wakil presiden pendamping Prabowo, Sandiaga Uno. Sebab, Sandiaga juga memiliki kemampuan merangkul berbagai kelompok melalui komunikasinya yang cair.

(Baca: Tampang Boyolali Menyeret Prabowo ke Bawaslu).

Sementara itu, gaya komunikasi politik Prabowo lebih dinamis, yang biasanya lebih lugas dalam menyampaikan pesan politiknya. Ini terlihat dalam berbagai pidato Prabowo selama kampanye yang kerap mengkritik secara terang-terangan kepada pemerintahan. Di sini tetap ada risiko karena pesan dapat dimaknai secara berbeda oleh khalayak.

Gun Gun mencontohkan polemik tampang Boyolali dari pernyataan Prabowo. Di sini, Prabowo dinilai berusaha menyampaikan ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Hanya saja, publik justru menilai pernyataan Prabowo tersebut menghina dan bersifat peyoratif. “Sehingga makna tidak lagi homogen, tapi polisemik,” kata Gun Gun.

Halaman: