Jokowi dan Prabowo Belum Cukup Aman Jadi Presiden yang Kuat

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi dan Ma\'ruf Amin serta Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat mengikuti rapat Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Capres dan Cawapres Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (21/9/2018). \
Penulis: Dimas Jarot Bayu
6/10/2018, 12.00 WIB

Untuk bisa mendapatkan presiden yang kuat, 58,5 persen dari mereka menilai capres memerlukan dukungan dari 55 – 65 persen masyarakat. Sementara 9,6 persen yang menganggap dukungan masyarakat cukup 50 – 54 persen. Hanya 8,7 persen responden menilai dukungan dari masyarakat yang dibutuhkan 65 – 80 persen. Sementara, 23,2 persen lainnya menyatakan tidak tahu.

Meski demikian, saat ini belum ada kandidat di Pilpres 2019 yang mampu meraih dukungan 55 -65 persen dari masyarakat. Dari survei LSI Denny JA pada Agustus lalu, Joko Widodo secara personal hanya mendapatkan elektabilitas sebesar 53,6 persen. Angka ini turun menjadi 52,2 persen ketika disandingkan dengan calon wakil presidennya, Ma'ruf Amin.

Ada pun calon presiden Prabowo Subianto hanya memiliki perolehan suara sebesar 28,8 persen secara personal. Angkanya meningkat menjadi 29,5 persen jika diduetkan dengan calon wakilnya, Sandiaga Uno. “Pasangan capres-cawapres perlu didukung oleh 55 – 65 persen masyarakat agar lebih mudah melahirkan presiden yang kuat,” kata dia.

(Baca juga: Elektabilitas Prabowo-Sandi di Pemilih Muslim Terdorong Ijtimak Ulama).

LSI Denny JA mengadakan survei pada 14 - 22 September 2018 dengan melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi Indonesia. Pemilihan responden dilakukan secara acak atau multistage random sampling dengan tingkat kesalahan alias margin of error sebesar +/- 2,9 persen dan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Halaman: