Desainer Skala Menengah Bisa Garap Segmen Konsumen Kelas Bawah

Arief Kamaludin (Katadata)
Penulis: Dini Hariyanti
5/10/2018, 18.04 WIB

Produk fesyen dari desainer berskala usaha kecil dan menengah (UKM) tak jarang lebih menyasar segmen menengah ke atas. Tapi bukan berarti pasar yang lebih luas, yakni segmen menengah ke bawah, tidak bisa mereka kuasai.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, para desainer fesyen skala UKM tetap bisa meraup celah pasar menengah ke bawah. Supaya harga produknya relatif terjangkau dapat disiasati dengan desain yang lebih simpel.

"Asalkan produk yang dibuat bukan produk yang serumit seperti yang (kerap) ditampilkan dalam peragaan busana. Untuk garap pasar menengah bawah itu yang dikejar kuantitas, kalau menengah ke atas lebih ke kualitas," tuturnya kepada Katadata.co.id, di Jakarta, Rabu (3/10).

(Baca juga: Bagaimana Batik Iwan Tirta Tetap Eksis Sepeninggal Sang Maestro?)

Memilih desain busana yang lebih sederhana agaknya dapat menghemat waktu produksi. Tapi, produsen atau dalam hal ini desainer harus memiliki kapasitas produksi memadai supaya jumlah produk yang dihasilkan lebih banyak.

Peningkatan kapasitas produksi terkait dengan kemampuan mesin yang digunakan. "Untuk mengejar kuantitas adalah dengan tekonologi artinya mesin mereka harus ditingkatakan (kapasitas produksinya)," kata Gati.

Soal peningkatan teknologi permesinan yang dipakai pelaku industri sebetulnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memfasilitas hal ini. Kementerian menyediakan program restrukturisasi mesin maupun peralatan industri kecil dan menengah (IKM).

"Kami punya skema restrukturisasi untuk membantu IKM, misalnya untuk pembelian mesin baru. Pembelian itu kami kasih bantuan pembayaran," ujar Gati.

Program restrukturisaasi tersebut menyediakan potongan harga dengan cara reimburse atas pembelian mesin maupun peralatan oleh pelaku IKM. Potongan harga terbanyak 30% dari harga pembelian buatan dalam negeri, 25% untuk produk luar negeri.