Survei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dibandingkan lawannya dalam Pilpres 2019, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Namun, bila dibandingkan hasil survei mulai Februari 2018 hingga September, tren elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil survei yang dirilis pada Rabu (26/9), elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 57,7%. Angka tersebut lebih tinggi 25,4% jika dibandingkan perolehan suara Prabowo-Sandiaga yang sebesar 32,3%. Sementara, responden yang mengaku tidak akan memilih sebanyak 1% dan tidak menjawab sebesar 9%.
"Bila pemilihan presiden diadakan sekarang, Jokowi masih unggul atas Prabowo Subianto," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di kantornya, Jakarta, Rabu (26/9).
(Baca juga: Survei LSI: Ma'ruf Gerus Elektabilitas Jokowi, Sandi Naikkan Prabowo)
Indikator Politik Indonesia mengadakan survei pada 1-6 September 2018 dengan melibatkan 1.220 responden di seluruh Indonesia. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling) dengan tingkat kesalahan (margin of error) sebesar +/- 2,9% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Dalam simulasi tanpa cawapres, elektabilitas Jokowi masih unggul sebesar 57%, sementara Prabowo 31,3%. Sebanyak 1,1% responden tidak akan memilih dan 10,5% tak menjawab.
Elektabilitas Jokowi mengalami tren penurunan dibandingkan beberapa survei sebelumnya. Survei Indikator pada Februari 2018 menunjukkan elektabilitas Jokowi sebesar 61,8%.
Pada Maret 2018, angkanya menurun menjadi 60,6%. Elektabilitas Jokowi kembali melemah pada Juli 2018 sebesar 59,9% dan turun lagi 2,9% pada survei kali ini.
Burhanuddin menilai dari tren elektabilitas itu, Jokowi-Ma'ruf belum aman untuk memenangkan Pilpres 2019. Menurut Burhanuddin, perolehan tersebut masih dapat berubah hingga waktu pemungutan suara pada 8 April 2019. Sebab, masih ada pemilih yang kemungkinan beralih dukungan.
(Baca juga: Survei: Jokowi-Ma'ruf Unggul Tipis di Antara Pengguna Media Sosial)
Hingga saat ini, masih ada 4,6% responden yang sangat besar kemungkinannya untuk mengubah pilihan kandidat Pilpres 2019. Sebanyak 20,4% responden menyatakan cukup besar kemungkinannya untuk bisa mengubah pilihan.
Namun, mayoritas responden sebanyak 44,8% responden menyatakan kecil kemungkinan berubah pilihan. Sebanyak 29,5% lainnya menyatakan sangat kecil kemungkinannya beralih dari calon yang telah didukungnya saat ini.
"Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf tinggi, tapi masih termasuk kategori belum aman mengingat pilpres masih tujuh bulan lagi," kata Burhanuddin.
Sementara itu, tren elektabilitas Prabowo cenderung naik dan turun selama periode yang sama. Survei Indikator pada Februari 2018 menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo sebesar 29,4%.
Perolehan suara Prabowo pada Maret 2018 turun menjadi 29% dan meningkat pada Juli 2018 menjadi 32,1%. Namun kemudian turun sebesar 0,8% pada survei September ini.