Realisasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur masih di bawah target. Namun, pembangunan smelter itu meningkat daripada periode sebelumnya.
Perusahaan asal Amerika Serikat itu sebenarnya menargetkan pembangunan smelter bisa mencapai 5,18 % pada Agustus ini. “Masih 95% dari rencana,” kata Direktur Eksekutif Freeport Indonesia, Tony Wenas, di Jakarta, Senin (3/9).
Capaian itu masih lebih tinggi daripada bulan sebelumnya. Per Februari 2018, realisasi pembangunan smelter Freeport hanya 2,45%.
Capaian itu pun sudah disampaikan kepada Pemerintah. Nantinya capaian itu akan diverifikasi oleh tim. “Sudah dikirimkan laporannya. Nanti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang memeriksa,” ujar Tony.
Progres pembangunan smelter itu juga dibahas di Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), hari ini. Selain Kementerian ESDM dan Freeport ada 29 perwakilan perusahaan mineral dan batu bara yang menghadiri rapat yang berlangsung tertutup selama kurang lebih lima jam itu.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan dalam rapat itu pemerintah diminta meningkatkan pengawasan. “Pokoknya hasilnya kami tegas melakukan pengawasan terhadap smelter,” ujar dia.
Saat ini, Freeport sudah melakukan studi pembangunan smelter. Dalam studi itu pembangunan smelter akan dilakukan di Gresik, Jawa Timur. Bahkan mereka sudah mengeluarkan dana sebesar US$ 26 juta. (Baca: Lokasi Pembangunan Smelter Freeport Masih Belum Ditentukan)
Selain itu, PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral melakukan studi bersama terkait rencana pembangunan smelter. Opsinya ada di Nusa Tenggara Barat.