Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD dianggap sebagai sosok yang paling cocok mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019. Elektabilitas keduanya jauh melampaui berbagai sosok lainnya dalam bursa calon wakil presiden (cawapres) Jokowi.
Hasil ini terekam dalam survei yang dikerjakan Alvara Research Center yang dirilis pada Jumat (3/8). Survei diadakan pada 20-28 Juli 2018 dengan melibatkan 1.142 responden di seluruh Indonesia. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling) dengan margin of error (tingkat kesalahan) sebesar 2,95% dan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
(Baca juga: Jokowi Ungkap Mahfud MD, TGB, dan Airlangga Masuk Bursa Cawapres)
Berdasarkan survei Alvara, sebanyak 59,6% responden memilih Cak Imin -sapaan Muhaimin- sebagai cawapres yang paling potensial. Elektabilitias Cak Imin disusul Mahfud MD dengan perolehan suara sebesar 55,2%.
"Kemudian di bawahnya ada nama Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (44,1%), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (39,8%), dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (32,3%)," kata Chief Research Officer Alvara Research Center Harry Nugroho di Jakarta, Jumat (3/8).
Dari sebelas nama yang kerap disebut dalam bursa cawapres Jokowi, Cak Imin dan Mahfud kembali berada di peringkat teratas. Elektabilitas Cak Imin mencapai 28,5%, sementara Mahfud mendapatkan suara sebesar 27,6%.
(Baca juga: Jokowi Akan Umumkan Cawapres di Akhir Pendaftaran Pilpres)
Elektabilitas keduanya kemudian disusul oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani (12,1%), Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (7,3%), Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) (5%). Kemudian, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (4,3%), pengusaha Chairul Tanjung (3,7%), Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto (2,2%).
Lalu, Ketua Umum PPP Romahurmuzy (1,1%), Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin (1,1%), dan Ketua MUI Ma'ruf Amin (0,9%). "Kita lihat dua nama ini juga kuat," kata Harry.
Nama tersebut kemudian dikerucutkan kembali menjadi lima kandidat. Hasilnya, elektabilitas Cak Imin dan Mahfud MD tetap berada di posisi pertama dan kedua.
Cak Imin memperoleh elektabilitas sebesar 30%, menyusul Mahfud mendapatkan suara hingga 28,6%. Keduanya disusul TGB (5,8%), Moeldoko (5,6%), dan Ma'ruf (1%). "Jadi dua nama ini selalu muncul (peringkat teratas)," kata Harry.
(Baca juga: AHY Diunggulkan Dampingi Prabowo, Bagaimana Nasib Anies?)
Plus dan minus
Meski demikian, Harry menilai Jokowi perlu berhati-hati dalam memilih kedua nama tersebut. Menurutnya, Cak Imin dan Mahfud masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan.
Cak Imin, kata Harry, memiliki jaringan yang cukup kuat untuk bisa menggalang suara pemilih. Meski demikian, ada potensi kecemburuan dari partai-partai koalisi pendukung Jokowi bila Cak Imin terpilih sebagai cawapres.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Mahfud dianggap sebagai sosok yang tepat karena berlatar nonpartisan. Meski demikian, akan sulit bagi Mahfud untuk bisa menggalang suara dari basis pemilih NU.
"Mahfud walau dipersepsikan berlatar NU, namun di NU belum banyak diakui sebagai orang yang membesarkan NU," kata Harry.
Kubu Prabowo
Di kubu berseberangan, AHY dan Anies dianggap sebagai sosok yang paling cocok mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019. Berdasarkan survei Alvara, sebanyak 19,3% responden menilai AHY sebagai sosok yang dianggap cocok mendampingi Prabowo. Sementara, Anies memiliki elektabilitas sebesar 18,9%.
Elektabilitas keduanya kemudian disusul eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (13,4%), Cak Imin (10,7%), Mahfud (5,2), Bos MNC Group Hary Tanoesoedibjo (5,1%), JK (4,4%), dan eks Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (3,5%). "Sisanya angkanya cukup kecil dibandingkan dua nama itu," kata Harry.