Cemooh Drama Jokowi-SBY, Gerindra Upaya Dekati AHY

Presiden Joko Widodo menerima Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (09/03)
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
13/3/2018, 16.59 WIB

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menilai SBY bersama Demokrat kerap mengambil sikap politik yang susah untuk ditebak.  "Artinya sampai injury time kita tidak akan pernah bisa memastikan dan menebak arahan Partai Demokrat," kata Yunarto ketika dihubungi Katadata.co.id.

(Baca juga: Safari Politik, Strategi AHY Jelang Pilpres 2019)

Menurut Yunarto, SBY dan Demokrat kerap berpikir realistis dan pragmatis untuk kepentingan mereka. Saat ini, Yunarto menilai mereka masih menakar keuntungan yang akan diperoleh bila mendukung Jokowi.

SBY dan Demokrat juga masih melirik kubu lain yang memungkinkan memberikan posisi strategis untuk AHY dalam Pilpres 2019. "Siapa yang bisa memberikan harga terbaik buat AHY, itu akan menentukan posisi Demokrat nanti," kata Yunarto.

Yunarto memperkirakan, SBY dan Demokrat mencari posisi strategis bagi AHY untuk berlenggang dalam Pilpres 2024. Karenanya, strategi Demokrat saat ini bukan untuk menempatkan AHY pada posisi tertinggi dalam Pilpres 2019, melainkan hanya sebagai pendamping.

"Terlepas AHY akan kalah, dia akan memiliki modal sosial sangat besar di 2024 nanti ketika inkumben tidak boleh maju lagi karena sudah dua periode," kata Yunarto.

(Baca juga: Simulasi Survei, Jokowi-AHY Berpeluang Kalahkan Prabowo-Anies di 2019)

Dengan demikian, Yunarto menilai SBY dan Demokrat juga berpeluang membuka ruang komunikasi dengan Gerindra. "Jangan kaget kalau nanti komunikasi dengan Prabowo terbuka kembali. Menurut saya ini hanya bagian dari rentetan permainan politik dua muka yang akan terus dimainkan oleh Demokrat," kata Yunarto.

Yunarto juga menyoroti peluang Jokowi berpasangan dengan AHY. Sebab, Jokowi merupakan bagian dari PDIP yang selama ini berseberangan dengan Demokrat.

"Menurut saya tidak mudah membuat PDIP langsung membalikkan posisi sejarah yang tidak cukup baik dengan Demokrat," kata Yunarto.

Halaman: