Airlangga Jadi Ketum, Suara Golkar Bertambah dari Pendukung PDIP

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Jakarta, Senin (18/12).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
24/1/2018, 17.21 WIB

Rully menilai hal ini disebabkan ketika polemik Golkar terjadi para pemilihnya beralih ke PDIP. Ketika Golkar membaik, pemilih mereka pun kembali dan meningkatkan elektabilitas.

"Migrasi pemilih antara PDIP dan Golkar bisa terjadi karena kedua partai ini memiliki platform partai yang sama yaitu nasionalis, dan juga memiliki basis dukungan tradisional yang sama yaitu pemilih menengah bawah," kata Rully.

Menurutnya, tren kenaikan elektabilitas Golkar ini berpotensi membuatnya menjadi pesaing utama PDIP di Pemilu 2019. Saat ini, PDIP masih berada di urutan pertama dalam peringkat elektabilitas partai.

(Baca: Terpilih Jadi Ketua Golkar, Airlangga Tegaskan Dukung Jokowi di 2019)

Hal ini dapat dilakukan jika Golkar mampu memperkuat imej "Golkar Bersih" dan 3 program yang diusungnya. Golkar juga perlu menjadikan Airlangga Hartarto sebagai tokoh politik nasional yang dipertimbangkan.

"Selain itu, Golkar juga harus berupaya mendapatkan efek elektoral dari kinerja Jokowi. Saat ini, PDIP masih dominan sebagai partai yang kuat asosiasinya dengan Jokowi," kata Rully.

Survei LSI Denny JA berlangsung pada periode 7-14 Januari 2017 yang melibatkan 1.200 responden di seluruh Indonesia. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling) dengan margin of error (tingkat kesalahan) sebesar 2,9%. Survei ini kemudian dilengkapi dengan focus group discussion (FGD) dan analisis media.

(Baca: SMRC: Elektabilitas Mayoritas Parpol Turun, Hanya PDIP Terus Menanjak)

Halaman: