Kemenperin Minta Harga dan Pasokan Gas Masela Terjamin Untuk Industri
Kementerian Perindustrian berupaya mendorong pengembangan hilirisasi industri gas di kawasan sekitar Blok Masela. Untuk merealisasikan hal ini, butuh adanya jaminan kepastian pasokan dan harga gas yang kompetitif dari Blok Masela.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengatakan salah satu industri yang akan dikembangkan di wilayah tersebut adalah petrokimia berbasis gas. Agar industri ini bisa berkembang di wilayah tersebut, maka dibutuhkan formula harga yang sesuai dengan keekonomian dan pasokan gas yang terjamin.
''Industri petrokimia bisa dibangun kalau harga dan suplai gasnya terjamin,'' kata dia di Jakarta, Selasa (14/2). Kementerian Perindustrian meminta gas dari Blok Masela dialokasikan sebesar 474 juta kaki kubik per hari (mmscfd) untuk industri. (Baca: Lokasi Sumur di Lepas Pantai, Harga Gas Masela Lebih Mahal)
Airlangga pernah mengatakan pemerintah akan membangun industri petrokimia berbasis gas di wilayah sekitar Blok Masela. Total investasi untuk pembangunan industri ini mencapai US$ 3,9 miliar atau sekitar Rp 52 triliun.
Investasi ini juga akan mendukung berdirinya pabrik metanol dan turunannya. Proyek ini diharapkan mampu menyerap sekitar 39 ribu tenaga kerja langsung dan sebanyak 370 ribu tenaga kerja tidak langsung.
“Industri petrokimia di Blok Masela akan memberi nilai tambah sebesar US$ 2 miliar dan mampu mengurangi impor hingga US$ 1,4 miliar dari substitusi komoditas turunan gas alam dan metanol,” ujarnya. Angka ini belum termasuk pendapatan perpajakan yang dapat mencapai sekitar US$ 250 juta.
(Baca: Pemerintah Bangun Pusat Industri Petrokimia di Bintuni dan Masela)
Menurut Airlangga, pemanfaatan ladang gas Masela untuk industri petrokimia, akan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah tersebut hingga 10 kali lipat. Adapun pendapatan asli daerah (PAD) diperkirakan bertambah sebesar US$ 31 juta.
Namun demikian ia belum mengetahui berapa harga gas pipa Masela yang cocok untuk dibeli industri . ''Belum ada, nanti 2022,'' kata dia. Apalagi saat ini pihaknya tengah konsen membahas pengembangan industri di kawasan Bintuni di Papua Barat.
(Baca: Pertamina Siap Beli Gas Masela Asal Harga Cocok)
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian mencatat ada beberapa alasan industri petrokimia perlu dibangun di Teluk Bintuni, salah satunya potensi gas bumi sebagai bahan baku yang cukup besar. Cadangan gas yang sudah diidentifikasi di wilayah tersebut mencapai 23,8 triliun kaki kubik (tcf).
Sebanyak 12,9 tcf sudah dialokasikan untuk dua train kilang gas alam cair (LNG), dan sisanya sebesar 10,9 tcf untuk satu train LNG. Cadangan gas tersebut berasal dari proyek Tangguh dan Blok Kasuri yang lokasinya tidak jauh dari wilayah industri.