Pertamina Targetkan Impor Avtur Turun 60 Persen dari Kilang Balongan

Kantor pusat PT Pertamina, Jakarta.
Penulis: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria
24/1/2017, 19.47 WIB

PT Pertamina (Persero) menargetkan produksi avtur yang dihasilkan dari Kilang Balongan menjadi sebesar 1.900 kiloliter per hari, pada tahun 2017. Dengan demikian, impor bahan bakar pesawat terbang itu diharapkan berkurang hingga 60 persen. 

Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, Pertamina sedang melakukan berbagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Salah satunya adalah dengan mendorong percepatan produksi avtur di Kilang Balongan yang sebelumnya belum pernah dilakukan.

Sebelumnya, Pertamina telah mencoba memproduksi avtur, tapi hanya sebesar 200 kiloliter per hari. "Dan teman-teman (Pertamina) menyatakan juga sanggup untuk mempercepat tahun ini menjadi 1.900 kiloliter per hari," ujar Ahmad saat konferensi pers, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (24/1).

(Baca juga: Kontrak Baru Diteken, Pertamina Minta Tambah Bagi Hasil Blok ONWJ)

Sampai dengan saat ini, Ahmad mencatat, kebutuhan impor Avtur mencapai 3.180 kilogram per hari. Artinya, jika target tersebut berhasil direalisasikan, kebutuhan impor dapat dipangkas. "Kalau 1.900 KL per hari bisa diproduksi sendiri, berarti impornya tinggal 1.200-an kiloliter per hari," ujar Ahmad.


Permintaan, Produksi, dan Impor Premium 2014-Nov 2016

Selain itu, adanya produksi dari Balongan ini membuat Pertamina bisa mengefisiensikan biaya distribusi ke Bandara terdekat yang membutuhkan. 

Ahmad menjelaskan, saat ini masih banyak pihak meragukan kompetensi Kilang Balongan yang sudah berumur tua ini untuk menggenjot produksi, terutama menghasilkan produk avtur. Namun, Ahmad meyakinkan bahwa dengan mengadopsi teknologi dan melakukan perawatan yang baik dan rutin, maka produksi avtur dengan target tersebut mungkin untuk dilakukan.

(Baca juga: Pertamina Rugi US$ 70 Juta Akibat Kerusakan Kilang Tahun Lalu)

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengakui bahwa saat masih menjabat sebagai Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan pernah meminta Pertamina menurunkan harga avtur. Permintaan ini pun beberapa kali telah dibahas di internal Pertamina. Namun, permintaan itu sulit dipenuhi lantaran besarnya biaya yang diperlukan.

Saat ini, kata Dwi, Pertamina sedang melakukan inovasi dan berupaya meningkatkan efisiensi dan produksi, sehingga harga avtur bisa diturunkan. Namun, dirinya belum bisa menjelaskan struktur biaya yang harus dikeluarkan Pertamina dalam menentukan harga avtur. "Dalam waktu dekat kami akan sosialisasi struktur biaya untuk bisa diketahui bersama, dan upaya-upaya perbaikan kedepan," ujarnya.

(Baca juga: PLN Beri Waktu Pertamina Sepekan Penuhi Syarat Proyek Jawa 1)

 
Reporter: Miftah Ardhian