Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan mempertahankan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar subsidi. Alasannya, pemerintah tidak ingin daya beli masyarakat terganggu meski harga minyak dunia cenderung meningkat.
Menteri Energi Ignasius Jonan mengatakan, harga BBM jenis Premium dan Solar subsidi per per awal Januari 2017 akan tetap seperti harga saat ini. "Sementara ditetapkan tidak naik dulu," kata dia dalam konferensi pers di Kementerian Energi, Jakarta, Selasa (20/12).
Jonan mengaku, keputusan harga BBM tetap tersebut merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo. Pertimbangannya, jika harga BBM dinaikkan maka daya beli masyarakat dapat terganggu. Padahal, pemerintah tengah berupaya membangkitkan daya beli dan konsumsi masyarakat untuk mendorong perekonomian.
(Baca: Rupiah Melemah, Pertamina Naikkan Harga BBM Non-subsidi)
Sekadar informasi, harga jual Solar subsidi saat ini Rp 5.150 per liter. Sedangkan harga Premium jenis penugasan untuk wilayah non-Jamali (Jawa-Madura-Bali) Rp 6.450 per liter. Adapun harga jual minyak tanah Rp 2.500 per liter. Harga jual ini bertahan sejak April lalu meski harga minyak sempat anjlok dan saat ini malah cenderung meningkat.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menyatakan, keputuan pemerintah tidak menaikkan harga Premium dan Solar subsidi tersebut tidak akan mengganggu Pertamina. Sebab, harga minyak dunia sulit diprediksi dan berfluktuasi.
Meskipun ada indikasi dari kelompok negara-negara pengekspor minyak atau OPEC untuk memangkas produksi sehingga dapat menaikkan harga minyak dunia tahun depan. "Kami yakin Pertamina masih bekerja.”
Sebelumnya, Pertamina mengusulkan kepada pemerintah untuk menaikkan harga Premium sebesar Rp 300 liter dan harga Solar subsidi Rp 500 liter untuk periode 1 Januari 2017 hingga Maret 2017. Usulan kenaikan itu berdasarkan formula yang memperhitungkan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam sebulan terakhir, harga minyak memang cenderung naik sedangkan rupiah melemah.
(Baca: Setelah Solar, Pertamina Usul Harga Premium Naik Rp 300)
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja mengakui, komponen penentu harga BBM bergerak naik dalam tiga bulan terakhir. Komponen itu terdiri atas rata-rata harga minyak dunia, harga minyak Indonesia (ICP), dan Mean of Platts Singapore (MOPS). Namun, dia tidak mendetailkan angka-angkanya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mencontohkan, dengan asumsi harga minyak dunia US$ 55 per barel maka Pertamina rugi dalam menjual Solar dengan harga saat ini. Apalagi, keuntungan penjualan Solar tahun ini tidak bisa dilimpahkan untuk tahun selanjutnya.
"Tapi kalau (harga) Premium masih oke, masih ada margin tapi tipis banget. (Kalau) Solar rugi banget, tapi itu ketolong kalau harga minyak dunia turun lagi," ujar dia.
Untuk menutupi defisit harga tersebut, Pertamina akan mengoptimalkan strategi pemasaran BBM nonsubsidi kepada masyarakat. Dengan begitu, penggunaan BBM semakin bervariasi dan Pertamina menjadi lebih efisien.
Ahmad menambahkan, sebetulnya yang dapat menyebabkan inflasi adalah perubahan harga Solar. Sebab, Solar digunakan untuk angkutan sehingga jika harganya naik maka akan berdampak besar terhadap harga barang. (Baca: Kalahkan Petronas, Laba Pertamina Tembus Rp 40 Triliun)
Adapun untuk menghadapi libur Natal dan Tahun Baru, Pertamina telah menyiapkan stok BBM untuk masyarakat. Data Kementerian Energi menunjukkan prediksi Natal dan Tahun Baru 2017 dalam kondisi aman. Pertama, stok rata-rata Premium mencapai 1,06 juta kiloliter (kl) dengan lama stok 19,4 hari.
Kedua, Solar dengan rata-rata stok 98.757 KL dengan lama stok 57,33 hari. Ketiga, Minyak Tanah dengan rata-rata stok sebesar 1,49 juta kl dengan lama stok mencapai 57,33 hari.