Lifting Gas Blok Mahakam Diprediksi Turun Tahun Depan

Arief Kamaludin | Katadata
6/9/2016, 12.21 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat target lifting atau produksi siap jual gas di Blok Mahakam pada 2017 sebesar 196.400 barel setara minyak per hari (bsmph). Angka ini lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar 273.000 bsmph.

President and General Manager Total E&P Indonesie Hardy Pramono mengatakan tantangan yang ada saat ini adalah turunnya harga minyak dunia sejak pertengahan 2014. Penurunan harga minyak ini juga turut mempengaruhi keekonomian lapangan. “Bagaimana keekonomian bisa masuk ke margin-nya,” kata Pramono saat rapat dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Senin, 5 September 2016. (Baca: Lifting Minyak 11 Kontraktor Andalan Bakal Turun Tahun Depan).

Kondisi keekonomian lapangan yang ada juga ikut mempengaruhi aktivitas pengeboran, sehingga berdampak pada target lifting. Menurut Pramono, keekonomian lapangan di Blok Mahakam berbeda-beda karena ada dua tipe lapangan yakni offshore (lepas pantai) dan delta.

Jika harga minyak dunia sebesar US$ 100 per barel, untuk lapangan lepas pantai di Blok Mahakam butuh investasi US$ 30 juta per sumur. Hal ini berbeda dengan investasi di area delta yang hanya butuh investasi sekitar US$ 6 - 7 juta per sumur sebab area lapangannya mudah diakses. 
   
Tapi dengan kondisi lapangan di Blok Mahakam yang mulai tua, investasi tersebut tidak lagi ekonomis. "Menjaga keuntungan itu tantangan buat kami. Ini lifting yang kami monitor di Mahakam," ujar dia.

Untuk menghadapi harga minyak yang sedang turun, kata Pramono, salah satu kuncinya adalah inovasi. Inovasi teknologi penting untuk menekan ongkos di tengah kondisi sumur di Blok Mahakam sudah tergolong uzur. (Baca: Revisi Aturan Menteri Batal, Pemerintah Amendemen Kontrak Blok Mahakam).

Dengan upaya tersebut, Total berharap keekonomian lapangan di Blok mahakam bisa lebih baik. Demikian juga untuk produksi di 2017 bisa dipasok ke pasar atas izin yang diterbitkan SKK Migas. Apalagi tahun depan juga merupakan transisi alih kelola Blok Mahakam ke PT Pertamina (Persero).  

Sementara itu lifting gas mulai dari 1 Januari 2016 hingga 31 Agustus 2016 mencapai 277.600 bsmph.  Angka ini lebih tinggi dari target APBNP 2016.

Selain lifting gas yang turun, target lifting minyak di Blok Mahakam juga berkurang. Pada APBNP 2016, target lifting dipatok 52.800 barel per hari (bph), tahun depan hanya 64.3000 bph.

Penurunan lifting di Blok Mahakam ini pun menjadi perhatian salah satu anggota Komisi Energi DPR, Satya Widya Yudha. Politikus Golkar ini ingin agar blok-blok yang mengalami masa transisi akibat kontrak yang akan habis mampu dijaga produksinya agar tidak turun. (Baca: Pertamina Sedia Rp 20 Triliun Mengebor 19 Sumur Blok Mahakam).

Menurut Satya, penurunan lifting gas hingga 70.000 bsmph bukan hanya masalah keekonomian lapangan, tapi juga komersial penjualan gas dari blok tersebut. "Ini ada apa kok bisa sampai segitu. Kalau tidak terserap oleh luar sampaikan saja, disampaikan aspek teknis, aspek komersialnya," kata Satya di sela-sela rapat DPR tersebut.