Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menyampaikan keinginan untuk berinvestasi secara besar-besaran atau mega investasi di Indonesia. Keinginan tersebut disampaikan oleh Wakil Putra Mahkota, Wakil Kedua Perdana Menteri, dan Menteri Pertahanan Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdul Aziz Al-Saud saat bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Hotel Dahua Boutique Hangzhou, Cina, Minggu (4/9) siang.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan ada beberapa bidang yang diharapkan dapat dikerjasamakan oleh Arab Saudi dengan Indonesia. Pertama bidang pengilangan minyak. Kemudian investasi di bidang yang terkait dengan pariwisata. (Baca: Primadona Wisata Indonesia di Mata Dunia)
Selain kedua bidang tersebut, ada juga investasi di bidang pembangunan rumah murah. “Jadi pembangunan perumahan untuk orang-orang yang berpenghasilan rendah,” kata Retno berdasarkan keterangannya, Minggu (4/8).
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Indonesia akan melakukan pertemuan lanjutan dengan Arab Saudi. Rencananya Raja Arab Saudi akan berkunjung ke Indonesia bulan depan untuk membicarakan hal ini. Pemerintah pun akan mempersiapkan segala sesuatunya agar kunjungan Raja Arab ini membawa hasil yang konkrit.
Di sisi lain, Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengatakan saat Raja Arab berkunjung ke Indonesia, dia akan menagih beberapa komitmen investasi Arab Saudi yang belum terlaksana. Beberapa komitmen tersebut seperti investasi di Kilang Dumai dan Balongan. (Baca: Pemerintah Tagih Janji Investasi Kilang dan Listrik ke Raja Arab)
Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Arab Saudi yakni Saudi Aramco sebenarnya sudah menandatangani nota kesepemahaman (MoU) dengan PT Pertamina (Persero) terkait investasi dua kilang tersebut pada 10 Desember 2014. Namun, hingga MoU itu berakhir November 2015 belum ada sinyal konkrit mengenai hal ini. Kesepahaman ini pun kemudian diperpanjang hingga November 2016.
Arab Saudi sebenarnya telah menyatakan proyek kilang ini akan diselesaikan pembangunannya pada 2022. Sementara, pemerintah Indonesia menginginkan kilang itu selesai satu tahun lebih cepat. “Kami bilang, kamu (Saudi Aramco) harus seperti Rosneft (mitra Pertamina di Kilang Tuban). Jangan hanya omong-omong doang, kami maunya kongkrit,” ujar Luhut di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (24/8). (Baca: Pertamina Tagih Keseriusan Saudi Aramco di Dua Proyek Kilang)
Selain dua kilang tersebut, Luhut juga akan menagih komitmen investasi di Kilang Cilacap. Proyek Kilang Cilacap ini membutuhkan investasi senilai US$ 5,5 miliar. Persoalannya, Saudi Aramco sebagai mitra strategis PT Pertamina (Persero) untuk mengembangkan kilang tersebut, meminta pengurangan kepemilikan saham dari 45 persen menjadi 30 persen.