Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan mengatakan, kapasitas fasilitas produksi di Blok Cepu hanya 185 ribu bph. “Kalau produksi di atas itu kan harus dimodifikasi. Ada biaya tambahan,” katanya.

Untuk meningkatkan produksi, pemerintah harus mengkaji aspek subsurface atau kandungan yang ada di dalam permukaan tanah terlebih dahulu. Pembahasan ini perlu melibatkan beberapa ahli. 

Tapi, menurut Erwin, peningkatan produksi minyak Lapangan Banyu Urip hingga 200 ribu bph tidak membutuhkan tambahan biaya investasi. Sebab, tambahan biaya operasinya sangat kecil. (Baca: ExxonMobil Batal Genjot Produksi Blok Cepu Hingga 200 Ribu Barel)

Di sisi lain, Muliawan mengatakan, SKK Migas sudah membahas hal ini bersama ExxonMobil. Tapi, pembahasannya belum mendalam. “Kami masih harus melihat lagi data dan asumsi yang ada,” ujar dia.

Keputusan meningkatkan produksi ini juga perlu mempertimbangkan penerimaan negara. Apalagi, saat ini harga minyak masih rendah dan skema yang dipakai ExxonMobil di Blok Cepu berbeda yakni Dynamic Sliding Scale berdasarkan harga minyak.

Jadi jika harga minyak di bawah US$ 45 per barel, maka bagian ExxonMobil akan lebih besar dibandingkan negara. “Jadi kami perlu mempertimbangkan mana yang optimum untuk negara juga. Itu amanahnya,” kata dia.  

Halaman: