Meski demikian, pengadilan hanya menganggap kawasan itu sebagai bebatuan, berdasarkan definisi hukum. Amerika Serikat berharap upaya diplomatisnya berhasil di Indonesia dan Filipina. (Baca: Mahkamah Arbitrase Menangkan Filipina Atas Laut Cina Selatan).

Indonesia telah memiliki rencana untuk mengirim ratusan nelayan ke Kepulauan Natuna untuk menunjukkan kedaulatan negara di wilayah tersebut. Sementara itu, para nelayan Filipina pernah diusir oleh penjaga pantai serta kapal angkatan laut Cina di Laut Cina Selatan.

Sebelum pengadilan internasional menggelar sidang, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana telah berbicara dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ashton Carter. Dalam diskusi tersebut, Carter menyebutkan Cina maupun Amerika Serikat akan menahan diri. Filipina pun memberi jaminan yang sama.

Meski demikian, keinginan untuk menghilangkan ketegangan setelah pengadilan di Den Haag, Belanda mengeluarkan putusan ternyata mendapat hambatan dari Taiwan. Negara ini langsung mengirimkan kapal perangnya ke wilayah Laut Cina Selatan. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memerintahkan angkatan lautnya untuk mempertahankan teritorial maritim negara tersebut.

Kemarin, dua pesawat sipil Cina juga mendarat di dua bandara baru yang dikelola Cina di Kepulauan Spratlys. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menilai kejadian ini akan membangkitkan ketegangan kembali. (Baca: Insiden Ketiga Kali di Laut Cina Selatan, TNI Tembak Kapal Cina).

Halaman: