Persediaan minyak Amerika Serikat (AS) sudah mulai berkurang. Stok emas hitam di negara tersebut menyusut hingga lebih dari 4 juta barel pekan lalu. Penurunan ini sudah memasuki pekan keenamnya secara berturut-turut.
Padahal beberapa bulan lalu, AS dikhawatirkan kekurangan penyimpanan menyusul naiknya produksi minyak mentah. Di bulan Februari lalu, harga minyak anjlok hingga US$ 26 per barel. Kecemasan tersebut menjadi salah satu pendorong jatuhnya harga. (Baca: Mogok Kerja di Norwegia Picu Harga Minyak Naik)
“Pasokan minyak mentah masih sangat tinggi di AS, meski terjadi penurunan musiman. Banyak yang tidak menyadari hal ini,” kata kepala riset minyak global dari Societe Generale, Mike Wittner, seperti dilansir CNN, Rabu (29/6).
Ia menjelaskan, walaupun AS tidak lagi membangun kilang berkapasitas besar, pasokan minyak di negara itu tidak mengalami penurunan. Wittner menuturkan, sebenarnya jumlah stok di AS lebih tinggi 71 juta barel dibanding periode yang sama tahun lalu.
Harga minyak mentah tercatat mengalami peningkatan 3,5 persen menjadi US$ 49,50 per barel. Sejak pertengahan Februari lalu, harga minyak melonjak lebih dari dua kali lipatnya. Ada beberapa penyebab, diantaranya adalah kekurangan pasokan di Kanada dan Nigeria. Meski perekonomian global belum sepenuhnya pulih, permintaan minyak tetap tumbuh.
Walaupun pasokan berkurang hingga 4 juta barel, kondisi ini tidak serta merta berpengaruh terhadap suplai. Saat ini tingkat operasional kilang di AS masih tinggi. Pada April lalu, produksinya menjadi 543,3 juta barel. Jumlah ini menjadi yang tertinggi dalam 86 tahun. (Baca: Efek Brexit Mereda, Harga Minyak Kembali Naik)
Mulai Mei kemarin, persediaan minyaknya menurun, meski hanya 3 persen. Penyebabnya adalah siklus musiman. Kilang yang mengalami perawatan selama musim salju dan baru mulai kembali beroperasi pada awal musim semi untuk mengantisipasi peningkatan permintaan atas bahan bakar.
Hal serupa terjadi tahun lalu saat persediaan minyak AS mulai menurun di akhir April 2015. Kondisi musiman ini pun memburuk ketika stok berkurang drastis. Jumlahnya bahkan melebihi tahun ini.
Produksi minyak AS menurun sejak mencapai level tertingginya tahun lalu. “Pasar sedang mencari titik keseimbangannya,” ujar Wittner. Ia tidak bisa memprediksi arah pergerakan harga minyak tahun ini karena suplai minyak di Kanada mulai pulih.
Produksi bensin juga menarik untuk dicermati. Pekan lalu, pasokan bahan bakar jenis ini melonjak hingga 1,4 juta barel, melebihi perkiraan. Manajer portofolio dari firma investasi energy, Tortoise Capital mengatakan kondisi ini membuat harga bensin rendah. Sebagai akibatnya, masyarakat lebih banyak melakukan perjalanan.
Namun direktur riset komoditas dari ClipperData, Matt Smith, memiliki pandangan berbeda. Ia menilai melonjaknya stok bensin tersebut merupakan bagian dari skenario untuk menghadapi kondisi kilang yang ada. Ia menjelaskan, margin kilang telah anjlok, dibanding tahun lalu. (Baca: Bulan Depan, Pemerintah Pakai Formula Baru Harga Minyak)
Para pemilik kilang disarankan untuk menekan insentif, dalam mengolah minyak mentah menjadi bensin. “Kemungkinan kilang-kilang akan kembali beroperasi untuk melakukan pengolahan itu, sehingga permintaan atas minyak mentah berkurang,” kata Smith.