Di awal tahun ini, kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Padahal, banyak perusahaan minyak dan gas bumi (migas) di berbagai negara terpukul oleh rendahnya harga minyak hingga sempat menyentuh di bawah level US$ 30 per barel. Penopang kinerja tersebut adalah dari sektor bisnis hilir migas, khususnya penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium.
Vice President Corporate Communication Wianda Pusponegoro mengatakan, laba bersih Pertamina selama kuartal I-2016 lebih baik dibandingkan tahun lalu. Namun, dia enggan menyebutkan nilai laba bersih tersebut dengan alasan masih harus diakumulasikan dengan pencapaian kuartal II-2016. sebagai perbandingan, laba bersih kuartal I tahun lalu Pertamina sebesar US$ 28 juta.
“Yang jelas naiknya (laba bersih) karena progresif di hilir,” kata dia kepada Katadata, Rabu (1/6). Selama kuartal I lalu, Pertamina berhasil menjual BBM sebanyak 15,08 juta kiloliter. Jumlahnya naik dibandingkan kuartal I-2015 yang sebanyak 14,86 juta kiloliter BBM.
Wianda mengakui, Pertamina memang meraup keuntungan dari penjualan BBM jenis Premium selama tiga bulan pertama tahun ini. Padahal, sepanjang 2015 lalu, perusahaan ini mencatatkan kerugian US$ 5,9 juta atau sekitar Rp 80,5 miliar dari penjualan Premium.
(Baca: Harga Minyak Anjlok, Laba Pertamina Tergerus Rp 409 Miliar)
Peningkatan kinerja bisnis hilir itu juga ditopang oleh penurunan harga produk dan semakin bervariasinya merek produk BBM nonsubsidi Pertamina. Misalnya, Pertalite yang sejak dirilis Juli 2015 hingga akhir tahun lalu telah terjual sebesar 373.040 kiloliter. Penjualan Solar juga mencetak keuntungan US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 58 miliar.
Tak hanya BBM, penjualan produk nonBBM juga meningkat dari 3,29 juta kiloliter menjadi 3,46 juta kiloliter. Pangsa pasar pelumas pun membesar, yakni 59 persen pada kuartal I 2015 menjadi 59,1 persen pada kuartal satu lalu. (Baca: Pertamina Setor Dividen 35 Persen dari Laba Bersih 2015)
Selain hilir, kinerja bisnis hulu Pertamina juga meningkat. Produksi minyak Pertamina pada kuartal I-2016 mencapai 306,25 ribu barel per hari (bph), naik dari periode sama tahun lalu yang sebesar 267,9 ribu bph. Produksi gas juga meningkat dari 1,62 miliar kaki kubik per hari (bscfd) menjadi 1,98 bscfd. Begitu pula produksi panas bumi meningkat menjadi 761,51 gigawatt hour (gwh) dari sebelumnya 716,16 gwh.
Kinerja pengolahan juga mengalami kenaikan dengan imbal hasil produk atau yield valuable product mencapai 76,96 persen pada kuartal I-2016. Angka ini lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang mencapai 71,16 persen. Sementara total hasil olahan kilang atau total output kilang meningkat dari 70,08 juta barel menjadi 75,94 juta barel.
Sebaliknya, unit bisnis gas Pertamina menurun. Penjualan gas sebesar 799 miliar british thermal unit (bbtu) dibandingkan kuartal I tahun lalu yang sebanyak 1.031 bbtu. Sedangkan volume regasifikasi gas alam cair (LNG) meningkat 34 persen menjadi 26.032 bbtu. (Baca: Bentuk Tim, Pertamina dan PGN Sinergikan Investasi)
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, laba kuartal I-2016 Pertamina lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan migas luar negeri. Misalnya, perusahaan migas asal Amerika Serikat Exxon yang menderita penurunan laba bersih 63 persen menjadi US$ 1,81 miliar. Bahkan, keuntungan Chevron anjlok 128 persen sehingga mencatatkan kerugian US$ 725 juta.