Pemerintah kembali menolak proposal revisi rencana pengembangan atau Plan of Development (PoD) proyek laut dalam atau Indonesian Deepwater Development (IDD) yang diajukan oleh Chevron Indonesia. Penyebabnya, pemerintah menilai insentif yang diminta oleh Chevron untuk mengembangkan Lapangan Gendalo dan Gehem di Selat Makassar tersebut terlalu besar.
Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, Chevron meminta investment credit Proyek IDD sebesar 240 persen. Investment Credit merupakan hak untuk meminta ganti rugi kepada pemerintah dengan persentase tertentu atas nilai investasi yang berhubungan langsung dengan pembangunan fasilitas produksi suatu proyek. (Baca: Chevron Dikabarkan Batalkan Proyek Laut Dalam (IDD))
Menurut Djoko, investment credit tersebut seharusnya tidak lebih dari 100 persen, meskipun proyek IDD merupakan proyek laut dalam yang memiliki risiko lebih besar. Apalagi Asosiasi Pelaku Industri Hulu Migas atau Indonesian Petroleum Association mengusulkan investment credit hanya 50 persen. “Makanya dikembalikan (proposal PoD), dikaji lagi oleh Satuan Kerja Khusus Migas (SKK Migas) karena Chevron mintanya terlalu besar,” kata dia saat berbincang dengan para wartawan di Jakarta, Selasa (26/4).
Investment credit yang terlalu besar tersebut membuat pembengkakan dana investasi yang harus dikeluarkan oleh Chevron. Jika investment credit di bawah 100 persen, maka investasi yang harus dikeluarkan Chevron tidak akan mencapai US$ 9 miliar. Angka ini jauh lebih kecil dari biaya investasi yang pernah disampaikan Chevron.
Seperti diketahui, Proyek IDD ini sebenarnya sudah mengantongi persetujuan pengembangan lapangan (PoD) dari SKK Migas pada 2008. Namun, setelah tahap Front-End Engineering Design (FEED) tahun 2013, biaya yang dibutuhkan untuk proyek ini meningkat hampir dua kali lipat, dari sekitar US$ 7 miliar menjadi US$ 12 miliar. (Baca: SKK Migas Nilai Proyek IDD Ekonomis Jika Minyak di Atas US$ 50)
Setelah hampir dua tahun menunda proyek tersebut, Chevron memasukkan kembali proposal IDD Lapangan Gehem dan Gendalo kepada SKK Migaspada di pengujung 2015 . Tapi, SKK migas menolak proposal tersebut. Alasannya data yang dicantumkan dalam proposal tidak lengkap. Untuk itu Chevron harus memperbaiki proposal tersebut.
Ketika berproduksi, proyek ini sebenarnya bisa menambah pasokan gas. Lapangan Gehem rencananya akan memproduksi gas sebesar 420 juta kaki kubik per hari (mmscfd), sedangkan Gendalo sebesar 700 mmscfd. Selain gas, ada juga kondensat dari Gehem dan Gendalo masing-masing sebesar 25 ribu barel per hari. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek ini akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair (LNG).
Selain Lapangan Gendalo dan Gehem di Selat Makassar, Chevron sebenarnya memiliki beberapa kontrak kerjasama yang masuk dalam Proyek IDD yakni PSC Ganal, Rapak, dan Muara Bakau. Sementara lima lapangan gas yang akan dikembangkan dalam Proyek IDD ini yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha, dan Gandang. (Baca: Chevron Jajaki Penjualan Gas Lapangan Bangka ke Pertamina)
Lapangan Bangka di Rapak saat ini masih dalam tahap konstruksi. Setelah tahap konstruksi selesai, proyek tersebut akan bisa langsung berproduksi. Lapangan ini bisa memproduksi gas sekitar 100 mmscfd. Perkiraannya lapangan migas ini bisa mulai berproduksi sekitar pertengahan tahun ini.