KATADATA - Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price / ICP) sepanjang bulan lalu mulai merangkak naik. Tim Harga Minyak Indonesia mencatat harga ICP Februari 2016 sebesar US$ 28,92 per barel. Naik tipis dari harga rata-rata bulan sebelumnya yang hanya US$ 27,49 per barel.
“Peningkatan harga minyak mentah Indonesia tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar Internasional,” ujar Tim Harga Minyak dalam keterangan resminya, Rabu (2/3). (Baca: Banjir Pasokan, Harga Minyak Indonesia Januari 2016 Tumbang)
Harga minyak jenis brent naik US$ 1,55 per barel menjadi US$ 33,53 per barel. Sedangkan harga Basket OPEC naik lebih tinggi, sebesar US$ 2,15 per barel menjadi US$ 28,65 per barel. Meningkatnya harga minyak dunia bulan lalu dipengaruhi oleh menurunnya pasokan hingga 500 ribu barel per hari. Beberapa negara seperti Arab Saudi, Qatar, Rusia, dan Venezuela sepakat untuk tidak menaikkan produksi minyak dan berada pada tingkat yang sama dengan tahun lalu.
Berdasarkan publikasi yang dikeluarkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bulan lalu, penggunaan rig dunia pada Januari 2016 menurun 44 unit dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara perusahaan migas di Amerika Serikat juga menurunkan produksi minyak serpihnya (shale oil).
Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh meningkatnya utilisasi kilang di Singapura sebesar 1,1 persen menjadi 1,13 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya. (Baca: Minyak Rendah, PLN Turunkan Tarif Listrik)
Di tengah penurunan pasokan, permintaan minyak dunia justru naik. Organisasi negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memproyeksikan permintaan minyak dunia pada kuartal I tahun ini meningkat 370 ribu barel per hari dibandingkan tahun lalu, menjadi 93,33 juta barel per hari.
Berbeda dengan Brent dan Basket OPEC, harga minyak jenis WTI (West Texas Intermediate) justru turun pada bulan lalu. Bursa New York (Nymex) mencatat harga rata-rata WTI sepanjang Februari turun US$ 1,16 barel per hari, menjadi US$ 30,62 per barel.
Perekonomian Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan. Dampaknya permintaan minyak pun rendah. Perusahaan-perusahaan migas di negara tersebut pun sudah menurunkan produksi minyak serpihnya (shale oil). Namun, stok minyak dan produk minyaknya juga mengalami peningkatan. Stok minyak mentah di AS naik 4,9 juta barel, gasoline naik 2,1 juta barel dan minyak distillates naik 1 juta barel. (Baca: Harga Minyak Rontok Dana Daerah Anjlok)
Meski sedikit naik, ICP dalam dua bulan terakhir masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Tim Harga Minyak mencatat ICP pada akhir tahun 2015 mencapai US$ 35,47 per barel. Bahkan, ini masih jauh lebih rendah dibandingkan asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar US$ 50 per barel.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memprediksi tahun ini ICP hanya akan berada di bawah US$ 40 per barel. Lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya yakni di posisi US$ 46 per barel. “Kami perkirakan pada tahun ini ada di angka US$ 37 per barel,” kata Agus.