KATADATA ? PT Pertamina (Persero) mencatat realisasi penyaluran biodiesel masih rendah. Hingga akhir Agustus 2015, penyalurannya baru mencapai 968.483 kiloliter (KL). Selama delapan bulan tahun ini penyaluran biodiesel hanya 8,3 persen dari total penyaluran sepanjang 12 bulan tahun lalu yang mencapai 11,7 juta KL.
Vice President Industrial Fuel Marketing Pertamina Giri Santoso mengatakan rendahnya penyaluran ini dikarenakan minimnya pasokan bahan baku campuran biodiesel, fatty acid methyl ester (FAME). FAME merupakan produk turunan minyak sawit yang digunakan sebagai campuran solar, untuk menghasilkan biodiesel.
(Baca: Dilema Bisnis Bioenergi di Tengah Rendahnya Harga Minyak)
Hingga Agustus, Pertamina hanya mendapat pasokan FAME sebanyak 145.272 KL. Angka ini hanya 11,2 persen dari total pasokan sepanjang tahun lalu, sebanyak 1,3 juta KL. Rendahnya pasokan FAME ini dikarenakan masalah harga. Pemasok FAME tidak mau menjual dengan harga sesuai formula 2014, yakni 103,48 persen dari harga MOPS Gasoil dengan kadar sulfur 0,25 persen.
"Harga itu dianggap (pemasok) terlalu murah. Pertamina pun tidak mau menyerap jika harganya lebih mahal dari yang ditetapkan pada formula tersebut. Karena jauh lebih mahal dari harga solar," kata dia di Kantor Kadin Indonesia, Jakarta, Jumat (4/9).
(Baca: Subsidi Biodiesel Ditetapkan Sebesar Rp 2.600 per Liter)
Pemerintah telah menyadari bahwa harga FAME jauh lebih mahal dari harga solar. Apalagi saat ini harga minyak dunia sedang rendah. Makanya perlu ada subsidi harga yang diberikan kepada produsen FAME, demi meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati (BBN). Namun, karena tidak ada alokasi dana khusus untuk subsidi ini pada anggaran tahun ini, pemerintah mengalokasikannya dari sumber lain.
Pemerintah pun membentuk Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, yang akan mengelola dana pungutan dari setiap produk minyak sawit yang diekspor. Dana pendukung industri sawit atau CPO fund ini salah satunya akan digunakan untuk mensubsidi harga FAME dan pengembangan industri biodiesel. (Baca: Porsi Terbesar Pemanfaatan CPO Fund untuk Biodiesel)
Adanya BPDP Kelapa Sawit diharapkan dapat mendongkrak penyaluran biodiesel. Mengingat selisih harga pembelian Pertamina dengan harga FAME akan diganti oleh BPDP. Pertamina akan menyalurkan biodiesel dengan campuran FAME 15 persen (B15) tahun ini di 33 kota besar di Indonesia. Targetnya hingga akhir tahun ini, penyaluran biodiesel bisa mencapai 3 juta KL. Tahun depan targetnya akan ditingkatkan menjadi 24 juta KL.
Direktur Utama BPDP Bayu Krisnamurthi menargetkan sampai dengan akhir tahun penyerapan FAME untuk mencampur biosolar sebesar 1,5 juta kilo liter. Sementara untuk 2016, penyerapannya meningkat jadi lima juta kiloliter. Dimana PSO dan Non PSO masing-masing 2,5 juta kiloliter.