PSBB Dilonggarkan, Akankah Muncul Gelombang Kedua Virus Corona?

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.
Patroli pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Pasar Sudimampir Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (12/5/2020). Pemerintah berencana melonggarkan PSBB karena jumlah kasus positif virus corona menurun.
Penulis: Sorta Tobing
12/5/2020, 15.50 WIB

(Baca: Jokowi Beri Tenggat Pengendalian Corona di Pulau Jawa hingga Lebaran)

Ia memastikan daerah yang masih terdampak wabah, seperti Tokyo, Osaka, dan 11 prefektur lainnya, masih harus menjalani status darurat sampai akhir Mei. Jika terjadi tanda-tanda lonjakan maka status itu akan diimplementasikan kembali.

Negara bagian terbesar Australia, New South Wales, akan membuka kembali kafe dan restoran serta taman bermain dan kolam renang pada 15 Mei. Wilayah ini mencatat hanya dua kasus pada Sabtu lalu dari 10 ribu orang yang dites. Perkembangan ini membuka jalan bagi pelonggaran karantina wilayah.

New South Wales merupakan wilayah yang paling parah terdampak virus corona. Jumlahnya mencapai 45% dari total kasus positif di negara itu. "Hanya karena kami melonggarkan pembatasan bukan berarti virus menjadi kurang mematikan atau kurang menjadi ancaman," kata Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian kepada wartawan, Minggu.

(Baca: Negara-negara di Dunia Longgarkan Lockdown, Bagaimana Tahapannya?)

Pelonggaran Pembatasan Sosial Picu Gelombang Kedua Virus Corona?

Kasus baru virus corona kembali naik di Jerman, hanya dalam hitungan hari setelah para pemimpin negara bagian melonggarkan lockdown. Kanselir Angela Merkel memutuskan langkah pelonggaran pada Rabu pekan lalu. Banyak sekolah dan toko dibuka sejak keputusan itu terbit.

Lembaga ilmiah milik pemerintah, Robert Koch Institute menghitung pada Minggu kemarin jumlah kasus baru virus corona yang dikonfirmasi di Jerman naik 666 menjadi total 169.218 orang. Jumlah kematian hariannya meningkat 26 menjadi 7.395 orang.

Pemerintah Korea Selatan mulai melonggarkan kebijakan pembatasan sosial sejak 6 Mei lalu. Pertokoan dan sarana umum di sana dapat kembali beroperasi. Begitu pula dengan sekolah, universitas, taman, dan perpustakaan umum.

(Baca: Mewaspadai Bahaya Gelombang Kedua Virus Corona)

Otoritas setempat tetap meminta masyarakat menjaga jarak satu sama lain dan menjaga kesehatan pribadi. Namun, pelonggaran ini memunculkan klaster baru penyebaran virus corona.

Semua berawal dari dua orang pemuda yang pergi ke klub malam di kawasan Itaewon. Keduanya baru belakangan diketahui positif Covid-19. Sementara mereka setidaknya melakukan kontak dengan ribuan orang sejak 2 Mei lalu.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan mengatakan ada 12 orang party goers yang melakukan kontak dengan salah satu dari kedua orang tersebut. Hasil tesnya menunjukkan semua positif. Tiga di antaranya warga negara asing. Satu orang merupakan tentara negara itu.

Lembaga itu lalu melaporkan 34 kasus infeksi baru, tertinggi sejak 9 April 2020. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in langsung mengeluarkan peringatan gelombang kedua virus corona akan datang. “(Pandemi) Ini belum berakhir sampai (masalahnya) selesai,” ucapnya pada Minggu kemarin, dikutip dari JakartaPost.  

Wuhan, kota tempat wabah ini muncul di Provinsi Hubei, Tiongkok, awal pekan ini melaporkan lima kasus pertama sejak mengakhiri isolasi penuh atau lockdown pada 8 April lalu. Semua kasus diklasifikasikan tanpa gejala. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda klinis, seperti batuk dan demam.

BBC melaporkan, kelima orang itu dapat menyebarkan virus meskipun tidak sakit. Pemerintah di sana tidak menghitung kasus tanpa gejala dalam penghitungan resminya. Namun, ratusan kasus serupa sedang dipantau oleh otoritas kesehatan Wuhan.

(Baca: Lockdown Dilonggarkan, Kasus Corona di Tiongkok & Jerman Bertambah)

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu