Pertamina mencatat konsumsi bahan bakar minyak atau BBM di regional Jawa bagian Barat mulai meningkat seiring masa transisi menuju new normal. Berdasarkan data harian, penguatan konsumsi gasoil dan gasoline di wilayah tersebut mulai terlihat sejak 3 hingga 6 Juni 2020.
Jika dibandingkan kondisi normal, konsumsinya memang masih lebih rendah 10-15%. Namun, jumlahnya masih lebih tinggi dari penurunan konsumsi BBM selama pandemi corona yang pernah mencapai lebih dari 40%.
“Hal ini mencerminkan persiapan masyarakat akan pemberlakuan masa transisi normal baru, sehingga mulai beraktifitas dan keluar rumah, terlebih di kawasan Jakarta dan sekitarnya,” ujar Unit Manager Communication, Relations & CSR MOR III Dewi Sri Utami dalam siaran pers pada Selasa (9/6).
Perusahaan mencatat konsumsi gasoline di Jawa Bagian Barat yang meliputi Banten, DKI Jakarta mencapai 23 ribu kilo liter (KL) per hari. Adapun, jenis BBM gasoline terdiri dari Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo.
Dewi mengatakan jumlah konsumsi tersebut lebih rendah 12% jika dibandingkan kondisi normal. Konsumsi BBM di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten pada Januari hingga Februari 2020 biasanya mencapai 26 ribu KL per hari.
Begitu juga dengan konsumsi gasoil yang terdiri dari Solar, Dexlite, dan Pertamina Dex. Konsumsi produk BBM tersebut hanya mencapai 9.800 KL per hari atau lebih rendah 18% jika dibandingkan konsumsi normal.
(Baca: Pertamina Tak Turunkan Harga BBM karena Harga Minyak Dunia Fluktuatif)
(Baca: Alasan Harga BBM Tak Turun, dari Cegah Pertamina Rugi sampai PHK)
Meski begitu, Dewi menyatakan, perusahaan bakal terus menjaga pasokan BBM tetap aman selama masa transisi. Hingga saat ini, ketersediaan stok BBM di wilayah Jawa bagian Barat mencapai lebih dari 21 hari, atau di atas ketahanan stok nasional.
Sedangkan konsumsi elpiji untuk sektor rumah tangga, yang terdiri dari produk elpiji subsidi 3 kilogram, Bright Gas 5,5 Kg dan 12 Kg, mencapai 7.126 Metric Ton (MT) per hari. Konsumsi tersebut relatif sama dibandingkan konsumsi pada kondisi normal yaitu 7.150 MT per hari.
Pertamina pun memastikan stok elpiji bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasalnya, kosumsi elpiji rumah tangga selama sejak pandemi corona bergerak variatif.
“Ada kenaikan elpiji subsidi di beberapa wilayah. Namun untuk elpiji nonsubsidi cenderung turun terutama di wilayah Jakarta. Pasalnya, beberapa warga yang semula berdomisili di Jakarta, kembali ke kampung asalnya. Selain itu, beberapa usaha kuliner dan restoran tutup karena tidak beroperasi selama masa PSBB,” kata Dewi.
Dia menambahkan, perusahaan juga telah mempersiapkan pasokan avtur karena maskapai penerbangan telah kembali beroperasi. Ketahanan stok avtur sampai saat ini mencapai 50 hari.
Di sisi lain, Pertamina juga tetap mematuhi protokol kesehatan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), agen-gen elpiji, pangkalan elpiji hingga unit operasi perusahaan di masa transisi. Petugas SPBU diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker dan sarung tangan.
(Baca: YLKI Berharap Pemerintah Turunkan Harga BBM untuk Sektor Transportasi)