Pengusaha dan Investor Sambut Sinergi Pemulihan Ekonomi dan Covid-19

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/Pool/foc.
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kedua kanan) memimpin rapat terbatas (ratas) mengenai percepatan eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7/2020).
Penulis: Yuliawati
21/7/2020, 18.10 WIB

Pandemi virus corona atau Covid-19 di banyak negara tak hanya berdampak besar terhadap kesehatan, tapi juga memicu krisis ekonomi.  Presiden Joko Widodo atau Jokowi berupaya menangani dua persoalan ini dalam satu kendali dengan membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kebijakan baru ini menuai respons positif dari para investor dan pengusaha.

Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (21/7), indeks harga saham gabungan (IHSG) melejit 1,26% ke posisi 5.114,71. Ini kenaikan pertama IHSG sejak Kamis pekan lalu (16/7).

Sementara itu, nilai tukar rupiah di pasar spot juga menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,3% menjadi Rp 14.741 per dolar AS. Ini merupakan penguatan pertama rupiah setelah tertekan lebih dari sepekan terakhir.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Rosan Roeslani berharap pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dapat mempercepat implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan begitu, kontraksi ekonomi tidak semakin dalam akibat dampak pandemi.

"Kami melihatnya positif agar persoalan kesehatan dan ekonomi berjalan bergandengan sehingga terintegrasi dengan baik," kata dia dalam diskusi virtual yang diadakan lembaga survei Indikator di Jakarta, Selasa (21/7).

Rosan menilai komite yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga dan Menteri BUMN Erick Thohir membuat pengusaha menaruh harapan kebijakan percepatan pemulihan ekonomi menjadi lebih tepat sasaran.

"Latar belakang Erick sebagai pengusaha mungkin dapat menjembatani kebijakan pemerintah yang agak lambat implementasinya," kata Rosan.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI, Eric Sugandi, juga melihat positif kebijakan baru pemerintah dalam penanganan corona. "Memang idealnya satu komando dan komite ini mesti diberikan kewenangan yang besar untuk mengatur implementasi kebijakan di lembaga-lembaga yang terkait dengan pemulihan ekonomi dan Covid," katanya dalam kesempatan terpisah.

Eric menambahkan, struktur baru ini akan memudahkan koordinasi antarlembaga dan membongkar sumbatan  penerapan kebijakan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi. "Di antaranya pencairan dana (anggaran pemerintah) yang lambat."

Pada Senin lalu (20/7), Jokowi menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2020 tentang pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). "Pemerintah membentuk satu tim terpadu penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang bertugas merumuskan kebijakan dan memantau penanganan Covid-19 dan perekonomian nasional," kata Jokowi, dikutip dari akun resmi Twitter pribadinya.

Jokowi menjelaskan tugas komite akan memantau pengembangan vaksin Covid-19 dan program ekonomi multiyears di tengah pandemi Covid-19. Dengan tim terpadu ini, perencanan dan eksekusi program-program penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi dapat berjalan beriringan. "Keduanya ditangani oleh kelembagaan yang sama, dan terkoordinasi secara maksimal."

Jokowi menunjuk Airlangga Hartarto sebagai Ketua Komite dengan didampingi enam menteri sebagai wakil ketua. Mereka yakni Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Polhukam Mahfud, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Sedangkan Erick Thohir menjabat sebagai Ketua Pelaksana Komite. Menteri BUMN ini akan mengkoordinasikan dua Satuan Tugas (Satgas) yakni Satgas Penanganan Covid-10 yang dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dan Satgas PEN yang diketuai Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan komite ini mensinkronkan penanganan kesehatan dan ekonomi. "Bagaimana menggunakan gas dan rem sehingga keduanya (kesehatan dan ekonomi) dapat berjalan," kata Sri Mulyani dalam video conference APBN Kita, Senin (20/7).

Sri mengatakan, pembentukan komite ini juga merupakan upaya transformasi ekonomi dengan membangun fondasi ekonomi ke depan agar lebih kompetitif sehingga terhindar dari jebakan kelas menengah (middle income trap).

Keberadaan komite juga diharapkan mampu meningkatkan efektivitas dari program Pemulihan Ekonomi Nasional yang  anggarannya mencapai Rp 695,2 triliun. "Diharapkan menambah efektivitas dari pelaksanaan program-program untuk penanganan Covid-19 baik di bidang kesehatan dan ekonomi," ujarnya.

Reporter: Agatha Olivia, Ameidyo Daud, Rizky Alika

Reporter: Rizky Alika, Ameidyo Daud Nasution, Agatha Olivia Victoria