Ada sejumlah cara untuk membentuk digital personal branding bisnis ritel yang kuat, yakni membangun tim, memiliki nilai, serta konsistensi terhadap personal branding.

"Konsisten terhadap positioning, misal jualan baju harus jelas dengan detail target pasarnya, apakah untuk perempuan atau anak-anak," kata Ayla.

Personal branding juga berarti menciptakan rumus untuk memberi nilai sebuah produk. Misal, orang ingin berjualan pot dengan ciri khas pot berwarna hijau. Warna itu harus selalu ditampilkan. Untuk menambah nilai produk bisa dilakukan dengan membuat video berseri soal tanaman.

Menjual pot bukan berarti harus memproduksi sendiri. Orang bisa menjadi reseller dengan membeli via e-commerce dan dikemas ulang sesuai personal branding yang ingin ditampilkan.

"Bisnis saat ini sedang tenggelam, oleh karena itu kita harus terlihat dengan mengedepankan personal branding," ucapnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Roy N. Mandey, memaparkan fakta yang dihadapi industri ritel di Indonesia selama pandemi Covid-19. Ia menyebutkan terjadi penurunan kunjungan ke toko ritel yang mengakibatkan transaksi berkurang.

Memasuki era new normal, mal dan pusat perbelanjaan mulai kembali beroperasi. Namun, tingkat kunjungan hanya 30 sampai 40 persen jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi

"Dari jumlah itu yang berbelanja pun hanya 10 sampai 20 persen," ujarnya.

Masyarakat lebih fokus untuk kebutuhan kesehatan dan kebutuhan pokok. Akibatnya, industri ritel berada di status survival mode.

Menurut Roy, survival mode tidak bisa hanya sekadar bertahan, melainkan juga harus berinovasi. Inovasi meliputi produk dan layanan.

Ia mencontohkan, saat ini banyak produk yang dibundling dengan corona. Kopi yang dijual dalam kemasan satu liter dianggap menjadi jawaban kebutuhan konsumen yang tidak bisa minum kopi di kafe karena kebijakan social distancing.

Ada pula industri garmen yang membuat pakaian nyaman untuk di rumah. Frozen food juga menawarkan hal yang sama, sehingga konsumen bisa menyetok kebutuhan makanan hariannya.

Dari segi pelayanan atau service, inovasi berarti memperluas pasar karena orang tidak lagi terpaku pada in store karena bisa membeli secara online.

"Industri ritel di Indonesia harus mulai memanfaatkan AI dan big data sehingga tetap memiliki kedekatan emosi dengan konsumen tanpa harus bertatap muka secara langsung," ucapnya.

Halaman: