Faisal Basri: Masyarakat Tak Mau Belanja kalau Tes Corona Masih Rendah

Facebook.com/faisalbasribatubara
Ilustrasi, Ekonom Senior Faisal Basri. Faisal Basri mengatakan pembukaan kembali aktivitas ekonomi harus diiringi dengan peningkatan tes dan contact tracing virus corona.
31/8/2020, 15.09 WIB

“Jadi memang target 30 ribu ini cukup berat pada saat ini untuk dicapai,” kata Wiku di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (27/8).

Ia menjelaskan kesulitan muncul karena terbatasnya sumber daya manusia di laboratorium untuk memeriksa corona. Kendala lain yang juga dihadapi adalah alat PCR yang dipakai untuk memeriksa spesimen corona bervariasi, sehingga distribusi reagen pun menjadi terhambat.

Kondisi itu terjadi karena berbagai laboratorium yang ada tidak berasal dari satu kementerian saja. Tercatat ada 12 kementerian/lembaga yang mengelola hampir 300 laboratorium di Indonesia.

Adapun jumlah tes virus corona yang dilakukan pemerintah tercatat masih berada jauh di bawah standar organisasi kesehatan dunia (WHO). Jika dkalkulasi, Indonesia hanya mampu menggelar tes sebanyak 35,6% dari ketentuan internasional.

WHO mensyaratkan tiap negara menggelar tes 1 per 1.000 orang tiap pekan, sehingga dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 267 juta maka standar pengujian ideal seharusnya sebanyak 267.700 per minggu.

Hingga 20-26 Juli 2020 jumlah tes yang dilaksanakan hanya mencapai 89.712 sampel. Kemudian pada 27 Juli sampai 2 Agustus 2020 jumlahnya turun menjadi 85.402 tes. Sedangkan angka tertinggi yang didapatkan pemerintah adalah periode 17-23 Agustus 2020 yakni sebanyak 95.463 tes.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria