Pandemi corona berdampak terhadap perekonomian masyarakat daerah. Terganggunya jalur logistik selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat rantai pasok barang, khususnya pangan tak terdistribusi merata.
Dewan Pembina Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Rachmat Witoelar mengatakan, pandemi corona telah menyebabkan banyak kabupaten di Indonesia mengalami pukulan ganda. Tak sekadar menghadapi krisis kesehatan maupun dampak ekonomi, masyarakat juga rentan mengalami bencana lingkungan seperti banjir, kebakaran hutan dan longsor.
Hal ini pula yang mengancam ketahanan pangan masyarakat karena rantai pasok pangan tidak merata. Petani di beberapa daerah mengeluh, hasil panennya tak terserap baik, sementara di daerah lain kekurangan.
"Apalagi selama ini, kita hanya berfokus pada beberapa komoditas pangan saja. Banyak alternatif bahan pokok lain, sehingga pengolahan dan potensi bahan lokal harus dapat dimanfaatkan pemerintah daerah," kata Rachmat dalam webinar bertajuk "Maju Ekonomi Lestari Jalan Terus", Kamis (3/8).
Akibat situasi saat ini, masyarakat dan UMKM daerah tidak siap menghadapi krisis, sehingga omzet penjualannya menurun atau bahkan gulung tikar. Rachmat menilai, di masa krisis ini, kesehatan merupakan prioritas.
Baru kemudian ekonomi dapat dipulihkan dengan cara yang inovatif dan mengutamakan pembangunan di daerah.
"Salah satu intervensi yang disusun LTKL di masa krisis yakni program logistik untuk mereka. Daerah harus mampu memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan potensi lokal dan UMKM daerah," ujarnya.
Dia juga mengatakan, UMKM yang bergerak di bidang usaha melindungi ekosistem perlu mendapat dukungan pemerintah. Misalnya UMKM yang mengolah hasil hutan nonkayu atau UMKM yang mengelola produknya secara lestari.
Oleh karenanya, pemerintah perlu memberi dukungan, tak hanya pendampingan, tapi juga infrastruktur. Sebab, untuk meningkatkan kapasitas UMKM daerah agar dapat ekspansif, digitalisasi menjadi hal mutlak dilakukan bagi para pelaku usha untuk bertahan dimasa krisis.
"Kita perlu dukungan pemerintah daerah perlu bergerak dengan cara inovatif dan inklusif denegan melibatkan stake holder, seperti masyarakat, mitra pembangunan, akademisi hingga perusahaan swasta," ujar Mantan Menteri Lingkungan Hidup periode 2004-2009 tersebut.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) Sarman Simanjorang pun menjelaskan pentingnya memperkuat peran UMKM daerah.
Sebab, UMKM merupakan penyelamat ekonomi dalam negeri sebagaimana saat krisis 1998 dan 2008. UMKM juga memiliki posisi startegis yang mampu menyerap hampir 97% tenaga kerja Indonesia dan menyumbang 61,1% pendapatan domestik bruto (PDB).
Ke depan, pihaknya akan melakukan sejumlah startegi untuk memaksimalkan peran UMKM daerah, seperti dengan menggandeng portal e-commerce agar bisa membantu UMKM lokal melek digital.
"Itu yang harus kita sasar. Sebab potensi produk lokal sangat layak dikembangkan go-nasional atau internasional, tapi mereka belum banyak yang bisa melek teknologi," kata Sarman.
Langkah berikutnyayakni dengan mendata produk, kabupaten atau daerah mana saja yang potensial. Proses ini nantinya akan dilanjutkan dengan seleksi sebelum dipromosikan ke level nasional atau internasional.
Berikutnya program pembinaan dan pemberdayaan. Sebab,menurutnya, karakteriktik UMKM daeerah ini aslinya mereka bukan orang-orang yang memiliki jiwa enterpreneur. Melainkan dari yang awalnya mencoba lalu berhasil. Maka diperlukan pembinaan SDM agar kualitas dan kuantitas produk harus meningkat.
Lalu, masalah pengemasan. Bagaimana mengemas produk UMKM agar menarik harus dilakukan melalui pelatihan. Kemudian, pendampingan manajemen usaha yang juga berkaitan dengan kebutuhan akses permodalan.
Selanjutnya, edukasi dan pentingnya kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), untuk mencegah pengambilalihan karya produk UMKM lokal oleh orang lain.
"Berikutnya yang juga bisa dicoba adalah dengan meningkatkan perdagangan antar daerah, antarkabupaten," ujanya.
Pentingnya mendorong UMKM lokal ke platform digital juga diungapkan Senior Business Operations Tokopedia, Nursida Yaru. Namun demikian, dia tak menampik keterbatasan infrastruktur masih menjadi persoalan utama UMKM untuk mengakses situs online.
"Kendala yang dihadapi UMKM daerah bisa berbagai macam, misalnya kendala sinyal, pemaian data. Bahkan ada yang harus jalan puluhan kilo agar bisa mengirim barang ke agen logistik, itu realita yang kami temui," kata dia.
Meski demikian, pihaknya tetap membuka peluang bagi siapa saja yang akan bergabung sebagai mitra platformnya. Tokopedia juga menurutnya berupaya membantu para UMKM dari sisi pengetahuan, agar bisa memaksimalkan penjualan dan mengembangkan kualitas produk.
Peluang Usaha UMKM Lokal
Pandemi corona turut membawa "berkah" bagi pelaku usaha lokal, salah satunya seperti yang diungkap pengusaha produk perawatan dan kecantikan, Yagi Natural. Produk skincare asal Aceh ini menyadari potensi pasarnya justru muncul setelah merebak.
Ditambah lagi, masyarakat saat ini sudah mulai lebih sadar akan lingkungan, menjadikan produk-produk kecantikan berbahan baku alami berpeluang diminati.
“Ada potensi pasar setelah pandemi, produk lokal akan terangkat karena orang sudah sadar Indonesia memiliki produk yang bagus. Selain itu, informasi tentang produk juga dipermudah tersebar lewat internet. Kita sudah berada di masa depan,” kata CEO Yagi Natural Farhaniza Farhan dalam diskusi "Maju Ekonomi Lestari Jalam Terus", Rabu (2/8).
Menurut Farhaniza, dalam menjalankan bisnis, pihaknya bekerja sama dengan daerah yang tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL).
Produk lestari yang dihasilkan oleh anggota LTKL, akan digunakan sebagai bahan baku kemudian diolah menjadi produk kecantikan. Alhasil, produk tersebut akan memberi nlai tambah dan memperkuat petani lokal.
Produk lokal pun menurutnya berpeluang besar menembus pasar ekspor, kendati ada beberapa standar yang harus diikuti untuk bisa bersaing di pasar internasional.
Tak hanya produk alami berbasis lingkungan, pandemi corona memunculkan pertumbuhan UMKM jenis baru. Direktur Utama SMESCO Indonesia Leonard Theosabrata mengungkapkan adanya tren homebase business yang muncul selama pandemi. Untuk mendorong segmen ini, pihaknya memfasilitasi pelatihan untuk masa depan UMKM.
“Kami mempersiapkan future UMKM untuk masuk ranah trading antar negara. Pandemi ini menjadi pemicu ketahanan pangan narasi untuk UMKM. Maka diperlukan usaha kolektif, bahu membahu dan kembali ke akar,” kata Leo.
Leo berharap, momentum pandemi bisa menyusun kembali model bisnis di daerah sehingga memiliki ciri khaas yang dapat ditonjolkan. Tak hanya melihat model bisnis yang sudah ada di kota kemudian diaplikasikan di daerah, tetapi mencari model bisnis baru untuk daerah sekitar.
Penyumbang Bahan: Agatha Lintang (Magang)