Kans RI Meraih Untung dari RCEP di Tengah Ancaman Dominasi Tiongkok

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.
Suasana aktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (15/11/2020). Kementerian Perdagangan menyatakan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang ditandatangani pada (15/11/2020) diharapkan meningkatkan ekspor Indonesia ke dunia sebesar 7,2 persen.
24/11/2020, 20.37 WIB

Di sisi lain, RCEP akan mempermudah investor untuk memindahkan usahanya ke negara lain lantaran adanya penyeragaman Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin/ROO). Kesamaan ROO dapat mempermudah proses ekspor dan impor.

Sebelumnya nada kekhawatiran soal RCEP mulai muncul, salah satunya dari mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Marty mengatakan meski merupakan inisiatif ASEAN, namun Tiongkok berpotensi men dominasi perjanjian ini di masa depan.

"Namun tidak tepat menggambarkan demikian untuk saat ini," kata Marty dalam sebuah sesi diskusi hari Jumat (20/11) lalu.

Sedangkan dikutip dari The Economist, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang, menyebutkan RCEP sebagai “kemenangan multilateralisme dan perdagangan bebas” dan “seberkas cahaya dan harapan di tengah awan”.

Dalam jangka panjang, beberapa anggota RCEP disebut khawatir terhadap pergeseran peran Tiongkok pada bidang ekonomi, politik, dan militer yang akan mendominasi Asia. India pun disinyalir menarik diri dari RCEP lantaran khawatir industri dalam negerinya akan dibanjiri oleh impor dari Tiongkok.

“Ketentuan ini akan membanjiri pasar India dengan barang-barang murah, terutama dari Tiongkok, yang akan merugikan industri kita,” kata Profesor Ram Singh dari Delhi School of Economics, Selasa (17/11) lalu dikutip dari The Hindustan Times.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika