Enam Jenis Vaksin Covid-19 yang akan Digunakan di Indonesia

ANTARA
Ilustrasi, vaksin virus corona. Pemerintah telah menetapkan enam jenis vaksin Covid-19.
16/12/2020, 18.55 WIB

Mrna-1273 (Moderna)

Memiliki kemiripan dengan vaksin buatan AstraZeneca dan Oxford, Moderna mengembangkan vaksin dengan mengambil bagian dari mikroorganisme. Bedanya, Mrna-1273 merupakan vaksin berbasis messenger RNA (mRNA).

Secara umum, vaksin berbasis mRNA mendorong sel-sel dalam tubuh untuk membentuk antibodi terhadap COVID-19. Sel tubuh yang sudah menerima ‘perintah’ dari vaksin ini akan membentuk spike protein, sebuah bagian yang tidak berbahaya tetapi ada juga pada bagian luar virus COVID-19.

Akibat sel-sel tubuh membentuk spike protein ini pada bagian permukaan sel, sistem imun tubuh akan membaca kondisi tersebut dan mulai memproduksi antibodi. Dengan demikian, tubuh pengguna pada akhirnya akan mempelajari cara bertahan dari infeksi sejenis di masa mendatang.

Dengan kata lain, vaksin berbasis mRNA seolah menipu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi yang mumpuni untuk menangkal virus, bahkan sebelum terinfeksi.

Teknologi mRNA merupakan yang terbaru dan terdepan. Melansir Horizon Magazine, Profesor Michel Goldman dari Université Libre de Bruxelles, Belgia mengatakan bahwa teknologi itu merupakan percepatan dan hasil uji klinis dapat digunakan untuk mempersiapkan epidemi di masa mendatang.

Namun, vaksin ini mengharuskan tenaga kesehatan mempersiapkan unit penyimpanan yang memadai. Sebab, vaksin ini harus berada pada kondisi sangat dingin, yakni berada di suhu rata-rata -20 derajat Celcius.

Mrna-1273 ditaksir seharga US$ 50 dolar untuk dua dosis, atau sekitar Rp 710 ribu. Berbeda dengan vaksin sebelumnya, vaksin buatan Moderna ini telah melewati tahap uji coba. Hasil uji coba tahap ketiga di AS menunjukkan efikasi hingga 94,1% dengan efek samping yang dapat ditolerir.

Adapun uji coba dilakukan terhadap 30 ribu relawan berusia 18 tahun ke atas. Uji coba tahap pertama dan kedua membuahkan hasil yang baik juga. Sehingga vaksin tersebut aman dikonsumsi untuk masyarakat berusia 65 tahun ke atas.

Akan tetapi, belum ada izin penggunaan terbatas yang diterbitkan oleh negara manapun terkait penggunaan vaksin. Pemerintah Indonesia pun masih melakukan penjajakan untuk memetakan jumlah pembelian vaksin ini.

BNT162b2 (Pfizer dan Biontech)

Vaksin buatan Jerman ini juga menggunakan teknologi mRNA. Bahkan, Pfizer dan Biontech merupakan pengembang vaksin pertama yang mengumumkan efikasi hingga 90 persen pada 9 November 2020.

Sama dengan vaksin buatan Moderna, BNT162b2 sudah menyelesaikan uji coba tahap terakhir dengan tingkat efikasi hingga 95% dari hasil interim. Hal ini diiringi dengan angka efek samping terbesar sebesar 3,8% relawan yang kelelahan, dan 2% yang mengaku sakit kepala.

Adapun uji coba tahap ketiga dilakukan terhadap 43 ribu orang. Vaksin ini juga diujikan untuk masyarakat berusia 65 tahun ke atas pada tahap pertama dan kedua dengan tingkat efikasi sebesar 94%.

BNT162b2 diproyeksikan akan dijual dengan harga 39 dolar AS untuk dua dosis, yakni sekitar Rp 552 ribu. Meskipun, masyarakat perlu mengonsumsi dua dosis per orang seperti vaksin lainnya.

Vaksin itu juga harus disimpan dalam keadaan yang sangat dingin, yakni pada suhu -70 derajat Celcius. Saat ini, vaksin besutan Pfizer dan BioNTech ini sudah memiliki izin  guna terbatas di Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Namun, pemerintah Indonesia masih melakukan penjajakan untuk menghadirkan vaksin in di Tanah Air.

Merah Putih (PT Bio Farma)

Berdasarkan namanya, vaksin ini jelas akan dikembangkan oleh Indonesia. Beragam cara digunakan untuk mengembangkan Vaksin Merah Putih, seperti protein rekombinan, DNA, dan RNA.

Adapun vaksin protein rekombinan merupakan bagian dari subunit vaccine, atau jenis vaksin yang mengambil komponen atau antigen dari patogen yang dinilai cocok untuk menstimulasikan imun tubuh. Tipe ini memungkinkan adanya kombinasi dari dua atau lebih sumber DNA.

Mengutip salah satu perusahaan farmasi multinasional Sanofi, vaksin berbasis teknologi rekombinan memiliki kelebihan dari sisi kestabilan ketika digunakan pada suhu vaksin rutin, kemampuan untuk menghasilkan respon imun tinggi berkelanjutan, dan potensi pencegahan penularan virus.

Adapun vaksin Merah Putih masih berada pada uji pra klinis di tahap pertama dan kedua. Vaksin tersebut diproyeksi masuk tahap ketiga pada 2021.

Di sisi lain, Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam dr. Dirga Sakti Rambe menyebut tidak akan ada vaksinasi apapun sebelum ada izin dari Badan Pengawasa Obat dan Makanan (BPOM). Pasalnya, pemerintah harus memastikan vaksin yang akan digunakan betul-betul aman dan efektif.

Di sisi lain, Dirga menyebut proses vaksinasi sebagai upaya menangani pandemi. Meski begitu, vaksinasi tidak akan menghilangkan virus corona.

Oleh karena itu, perlu upaya-upaya ekstra seperti protokol kesehatan untuk mengendalikan pandemi. Protokol kesehatan tersebut pun wajib dilaksanakan secara konsisten.

“Saya mengajak masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan 3M. Protokol kesehatan itu jangan hanya menjadi slogan, jangan dilaksanakan sampai vaksinasi saja, karena setiap upaya pencegahan tidak ada yang sempurna. Jadi kita harus betul-betul melakukan semuanya," ujar Dirga dalam Dialog bertema "Vaksin Fakta dan Hoaks" yang disiarkan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (15/12).

(Penyumbang bahan: Ivan Jonathan)

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan