Kementerian Kesehatan mencatat jumlah orang dites Covid-19 pada Rabu (27/1) mencapai 46.491. Jumlah tersebut sudah memenuhi standar WHO sekitar 38.000 per hari atau 267 ribu per pekan.
Meski begitu, jumlah tersebut masih cukup rendah untuk mendeteksi transmisi di Indonesia. Ahli Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mengatakan pemerintah seharusnya melaksanakan tes hingga 300.000 orang per hari.
Jumlah tersebut berdasarkan asumsi bahwa kasus Covid-19 di Indonesia setiap harinya bertambah 10.000. Jika mengikuti standar WHO, satu kasus seharusnya dilacak hingga 30 kontak erat.
Itu berarti setiap harinya harus ada 300.000 kontak erat yang ditelusuri untuk dites. Sehingga jumlah orang yang terinfeksi virus corona dapat terdeteksi untuk menjalani isolasi mandiri atau perawatan.
Dengan cara lacak, tes, dan perawatan (tracing, testing, and treatment/3T), pandemi corona pun bisa terkendali. Namun, jika banyak orang yang terinfeksi tidak terdeteksi, kasus Covid-19 akan terus meningkat.
"Itu yang menyebabkan Indonesia mengalami silent outbreak," ujar Dicky kepada Katadata.co.id pada Rabu (27/1).
Maka tak heran kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1 juta dalam kurun waktu kurang dari setahun. Hal itu pun menyebabkan keterisian tempat tidur di rumah sakit terus penuh dan jumlah kematian semakin meningkat.
Sejalan dengan itu, jumlah kasus aktif atau orang yang dirawat dan isolasi mandiri semakin banyak. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus aktif pada Rabu (27/1) bertambah 587. Sehingga jumlah kasus aktif yang membutuhkan isolasi mandiri dan ruang perawatan mencapai 164.113. Adapun dalam sepekan terakhir, Satgas Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus aktif meningkat 17.135 orang.
Dengan kondisi tersebut, Dicky mendorong pemerintah melakukan upaya ekstra keras untuk mengendalikan pandemi. Caranya dengan mengimbau masyarakat menerapkan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan. Di sisi lain, pemerintah harus upaya 3M.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun menyadari bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan 3T. Itu berarti pemerintah harus melaksanakan tes pada orang yang diduga psoitif, melacak kontak erat sehingga laju penularan dapat ditahan, dan memastikan kesediaaan tempat isolasi yang nyaman supaya masyarakat yang terkena virus lekas sembuh.
“Kami di Kementerian Kesehatan akan bekerja keras, sangat keras untuk memastikan bahwa program tes, pelacakan, dan isolasi bisa dieksekusi dengan baik,” ujar Budi saat konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Selasa (26/1).
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan