Menangani Gangguan Penciuman Setelah Terinfeksi Covid-19

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/hp.
14/3/2021, 14.00 WIB

Sementara itu, hasil penelitian dari Laval University, Quebec, Kanada mendapatkan kalau kehilangan kemampuan mencium dan merasa pada Covid-19 bisa berdampak lebih signifikan dibanding akibat penyakit lainnya.

Salah satu peneliti, dr Nicolas Dupre menjelaskan kalau akibat virus lain, kemampuan membau dan merasa biasanya kembali setelah sinus bersih. Sedangkan di kasus Covid-19, virus mungkin menembus area kecil di otak yang disebut olfactory bulb, yang penting untuk pengenalan penciuman.

"Virus mungkin membunuh beberapa sel di olfactory bulb. Itulah mengapa Anda memiliki efek jangka panjang," katanya melansir Health Day.

Gejala lain dari Covid-19 yang masih serupa dengan anosmia adalah parosmia. Yakni gejala distorsi pada presepsi penciuman. Penciuman akan terganggu dan salah ‘menerjemahkan’ bau, misalnya saat mencoba membaui cokelat justru rasanya seperti bensin.

Untuk mengatasi masalah ini, solusinya tidak jauh berbeda. Carl Phillpott, Peneliti Norwich Medical Scholl menyarankan untuk terapi mengendus empat benda dengan wewangian berbeda selama dua kali sehari selama beberapa bulan. Benda yang bisa dipilih seperti lemon, mawar, kayu manis, minyak kayu putih, cokelat, kopi, lavender, madu, stroberi, dan lain-lain.

Cara ini efektif untuk menangani parosmia dengan membantu pemulihan berdasarkan neuroplastisitas atau kemampuan otak untuk mengatur ulang dirinya sendiri sebagai pemulihan setelah adanya perubahan atau cedera.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan