ConocoPhillips berencana melepas kepemilikan hak partisipasi (Participating Interest/PI) di Blok Corridor meski belum lama mengantongi perpanjangan dari Kementerian ESDM. Pengamat menilai, langkah yang mengejutkan dari perusahaan migas asal AS ini dapat menjadi pertanda lesunya iklim investasi migas di Tanah Air.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, kontraktor migas di dalam negeri saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan, mulai dari sisi finansial yakni keekonomian lapangan hingga nonfinansial seperti masalah sosial dan ketidakpastian regulasi. Pemerintah, menurut dia, perlu berbenah untuk memperbaiki iklim investasi jika ingin menarik investasi global di sektor ini.
"Kontraktor migas memiliki portofolio di berbagai negara yang selalu dievaluasi, mana yang patut dipertahankan dan dilepas. Kita ini bersaing dengan negara lain," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (28/5).
Langkah yang diambil CoconoPhilips, menurut dia, bukan tidak mungkin diikuti oleh kontraktor lainnya. Padahal, Indonesia membutuhkan investasi di sektor migas tak hanya sebagai pendapatann negara tetapi juga mesin penggerak ekonomi karena dampak bergandanya. ,"Harus ada gebrakan yang substansial dari pemerintah," ujarnya.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menduga keputusan ConocoPhillips untuk melepas hak partisipasi di Blok Corridor karena iklim investasi di Indonesia yang sudah kurang menarik. Apalagi, banyak perusahaan besar yang keluar dari Indonesia.
"Saya melihat ada yang aneh dengan keputusan ChoconoPhilips, apalagi mereka belum lama mendapat perpanjangan kontrak," ujarnya.
Menurut dia, ConocoPhillips kemungkinan menilai bahwa Blok Rokan tak lagi menarik usai beralih kelola ke Pertamina. Adapun Blok Corridor memegang posisi strategis terkait penjualan gas ke Blok Rokan.
"Sepertinya akan banyak permasalahan kedepannya, maka mereka sudah berpikir untuk farm out dari Indonesia," ujarnya.
Mamit juga mendesak pemerintah untuk membenahi iklim sektor hulu migas di Tanah Air. Apalagi, pemerintah mematok target 1 juta barel pada 2030.
Sebelumnya Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman memastikan, ChoconoPhilips akan melepas hak partisipasi di Blok Coridor. Kontraktor asal AS ini juga telah meminta pembukaan data room kepada Kementerian ESDM untuk menawarkan ke investor.
"Mereka baru meminta untuk membuka data room ke Kementerian ESDM. Kami belum menerima secara rinci apa alasan mereka melepasnya," "kata Fatar.
Pemerintah telah memastikan perpanjangan kontrak tiga kontraktor migas di Blok Corridor selama tiga tahun setelah berakhir pada 2023. ChonocoPhilips mengantongi 41% hak partisipasi, sedangkan Pertamina Hulu Energi sebesar 30% dan Repsol 24%.