Cara Australia Lacak Kasus Covid-19, Pakai Aplikasi hingga CCTV

ANTARA FOTO/REUTERS/Sandra Sanders/HP/sa.
Penguncian selama lima hari yang diterapkan di negara bagian Victoria sebagai tanggapan atas wabah virus corona (COVID-19) di Melbourne, Australia, Sabtu (13/2/2021).
5/8/2021, 16.46 WIB

Indonesia akan menggalakkan pelacakan kasus Covid-19 lewat aplikasi bernama SiLacak. Meski demikian, pemerintah diminta mengombinasikan model pelacakan secara digital dan manual seperti yang telah dilakukan Australia.

Epidemiolog dari Grifith University Dicky Budiman mengatakan, pemerintah Australia melakukan pelacakan menggunakan aplikasi hingga CCTV. Pemerintah akan mencari tahu siapa saja yang berada satu ruangan dengan kasus positif lewat kamera.

Mereka akan memberikan notifikasi kepada setiap orang yang pernah berada dalam satu ruangan dengan kasus positif.  Sedangkan orang yang telah teridentifikasi harus melakukan tes Covid-19. "Kalau tidak, akan diberikan sanksi," ujar kata Dicky yang berdomisili di Perth, Australia Barat ini kepada Katadata.co.id, Rabu (4/8).

Kemudian, pemerintah Australia juga melakukan pelacakan kontak ke depan dan ke belakang. Pelacakan ke depan artinya mencari orang yang melakukan kontak dengan kasus positif yang ditemukan. Sementara, pelacakan mundur ialah untuk menemukan siapa orang yang menulari Covid-19 kepada orang yang dites positif.

Adapun, pelacakan manual dilakukan dengan cara kasus konfirmasi positif mengingat orang yang pernah ia temui. Deteksi juga dilakukan hingga lima lapis kontak erat.

Sebagai contoh, A melakukan kontak dengan B, maka pemerintah turut melakukan pelacakan pada orang yang berhubungan dengan B. Begitu seterusnya sehingga orang-orang yang dilacak akan diminta untuk mengisolasi diri.

Sementara, pelacakan digital dilakukan dengan menggunakan bluetooth dari ponsel serta menggunakan aplikasi. Pemerintah Negeri Kanguru juga menyediakan portal COVIDTracer untuk para pengusaha terutama ritel.

Dengan demikian, mereka bisa mendata pengunjung menggunakan QR Code yang disediakan pemerintah. Datatanggal kunjungan, nama, dan nomor ponsel akan tersimpan dalam portal tersebut.

Dicky pun menilai, Indonesia semestinya dapat mengkombinasikan cara manual dan digital seperti Australia. "Tidak akan mampu kalau melakukan dengan cara manual. Australia saja yang penduduknya jauh lebih sedikit dari Jawa, sudah melakukan strategi tracing kombinasi," ujar dia.

Dengan metode seperti itu, Australia bisa menggelar tes Covid-19 hingga 25,9 juta atau lebih banyak dari jumlah penduduknya yakni 25,8 juta orang. Meski saat ini sedang melonjak, namun jumlah total kasus corona di negara tersebut hanya 35.390 dan berada di peringkat 125 dunia.

Sebagai informasi, pemerintah menargetkan penelusuran kontak alias tracing Covid-19 meningkat hingga 15 orang penelusuran tiap 1 kasus konfirmasi atau 1:15. Untuk itu, mereka menggunakan aplikasi bernama SiLacak untuk mengejar target tersebut.

SiLacak merupakan aplikasi penguatan tracing alias penelusuran dalam penanganan Covid-19. Aplikasi ini digunakan oleh petugas untuk melaksanakan pelacakan secara terintegrasi.

"Ya, (menggunakan SiLacak) dan dikombinasi dengan InaRisk," kata Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting, Rabu (4/8).

Sementara, InaRisk merupakan aplikasi berisikan informasi tingkat bahaya suatu wilayah. Aplikasi itu juga dapat mendeteksi kadar gangguan Covid-19 sehingga bisa memudahkan petugas untuk melakukan tracing.

Juru Bicara Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan, SiLacak digunakan untuk memantau pelaksanaan proses tracing.

"Untuk optimalisasi petugas, dilakukan pelatihan pada minggu ini sehingga lebih siap di minggu depan," kata dia.

Selain itu, petugas akan dilatih untuk memasukan data ke dalam SiLacak agar proses dapat berjalan lancar. Kementerian Kesehatan pun telah menyederhanakan proses input data pada sistem aplikasi tersebut sehingga tidak sesulit sebelumnya.

Reporter: Rizky Alika